JAKARTA, (Panjimas.com) – Setelah keluarnya pernyataan sikap yang dilontarkan oleh Majelis Ulama Indonesia terhadap perkataan Ahok yang menista al-Quran dan menghina ulama, Wakil Ketua Umum PERSIS, Ustadz Jeje Zaenudin mengatakan, pentingnya memperkuat posisi MUI sebagai lembaga kepemimpinan umat.
“Dalam khitah pengabdian Majelis Ulama Indonesia telah dirumuskan lima fungsi dan peran utama MUI,” ujar Waketum PERSIS, Ustadz Jeje Zaenudin di Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Selasa (1/11/2016).
Madrasah Ghazwul Fikri Majelis Fatwa dan Pusat Kajian Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia gelar Halaqah Ke-6 dengan tema “Membela Kehormatan Ulama; Menyingkap Makar Pembunuhan Karakter Terhadap Majelis Ulama Indonesia (MUI)”.
Acara kajian Halaqah Ke-6 yang diselenggarakan oleh Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia turut menghadirkan sebagai pembicara, yaitu: Musyrif Mafatiha, KH. Abdul Wahid Alwi; Waketum PERSIS, Dr. H. Jeje Zaenudin; dan Drs. Mohammad Siddik.
Ketua Bidang Politik dan Perundang-undangan Mafatiha, Ustadz Jeje Zaenudin ketika menjelaskan pentingnya memperkuat posisi MUI sebagai lembaga kepemimpinan umat, ia mengatakan, pertama, MUI berperan sebagai pewaris tugas-tugas para Nabi (Warasatul Anbiya).
“Kedua, MUI berperan sebagai pemberi fatwa (Mufti), tapi muftinya ini non struktural karena memang tidak di bawah struktur negara, berbeda dengan Mesir” katanya.
Ketiga, lanjutnya, sebagai pembimbing dan pelayan umat (Khadim al ummah).
“Keempat, sebagai gerakan Islah wa al Tajdid. Jadi, gerakan reformasi dan pembaharuan dalam makna positif, karena reformasi juga bisa bermakna negatif tegasnya.
Kelima, tuturnya, sebagai penegak amar ma’ruf dan nahi munkar.
“Ini posisi MUI. Jadi, MUI telah menegaskan dirinya mempunya lima peran utama ini. Nah, lima-limanya ini saya kira sudah dicoba dilaksanakan oleh MUI.” tandasnya. [DP]