SOLO, (Panjimas.com) – Umat Islam Solo kembali turun kejalan pada Jumat siang (28/10/2016) merespon kelambanan Polri dalam penanganan kasus penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta.
Dalam aksi yang bertemakan “Masyarakat Solo Bela Islam” ini dihadiri oleh elemen-elemen umat Islam seSolo Raya. Sebagai puncak, ditampilkan sebuah teatrikal yang dibawakan oleh peserta aksi dengan memperagakan gerakan serupa upacara pengeksekusian terpidana mati. Berawal dari penyerahan tahanan, kemudian dibacakan tuntutan pelanggaran terpidana mati. Dan akhirnya terpidanapun digantung dimuka umum.
Teatrikal dengan judul “Upacara in Abtensi si Penista Agama” ini menurut Abu Daud adalah bentuk hukuman yang harusnya pantas diberikan kepada Gubernur DKI Jakarta Non Aktif. Hal ini didasari keyakinan bahwa penista ulama dan kitab suci Al Quran adalah lebih rendah nilainya dibandingkan dengan binatang.
“Ahok si PKI, Pejabat Kafir Indonesia telah jelas-jelas melecehkan ulama, melecehkan Alquran dan tidak ada hukuman yang pantas diberikan kecuali adalah dibunuh. Alquran telah menjelaskan mereka yang memperolok agama lebih rendah dari anjing. Maka kita siap mengeksekusi Ahok seperti ini (digantung) jika aparat idak mampu”. Kata Abu Daud.
Selanjutnya aksi ditutup dengan bacaan doa, serta massa kemudian menggiring boneka Ahok yang digantung ditiang mobil berkeliling kota Solo.
Perlu diketahui, aksi serupa tidak hanya berlangsung di Kota Solo, namun juga berlangsung di tempat lain seperti di Kabupaten Sragen. [RN]