SUKOHARJO,(Panjimas.com) – Abdurrahman Baihaqi salah satu peserta Launching Komik “Si Gun Pingin Jihad”, keluaran Center for the Study of Islam and Social Transformation (CISForm) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, menilai isi komik tersebut menyudutkan Islam khususnya makna Jihad.
“Saya kurang setuju dengan isi komik, karena seolah-olah yang membuat onar itu berasal dari namanya pengajian” ucapnya dihadapan CISForm saat Launching komiknya di Sekolah Tinggi Islam Al Mukmin (STIM) Ngruki, Grogol, Sukoharjo, Kamis (27/10/2016).
Abdurrahman yang hadir bersama 70 an peserta dari kalangan pelajar dan santri, mengatakan bahwa jihad yang ada di dalam komik, lebih banyak menyudutkan pemaknaan jihad perang yang digelorakan Rasulullah Muhammad salallahu ‘alaihi wassalam.
“Seolah-olah demontrasi, keonaran, itu diibaratkan dengan jihad. Ketika ada teror, peledakan ini seolah dari jihad” katanya.
Salah satu peserta dari masjid Ibadurrahman juga ikut mengomentari komik tersebut. Menurutnya jihad harus dijelaskan secara utuh baik defensif maupun ofensif, dia kawatir komik tersebut dimunculkan untuk sebuah pesan dari orang yang tidak pernah berjihad.
“Jihad itu penting, tanpa adanya Jihad, Ambon itu sudah habis kaum muslimnya, tentu di Poso sudah habis umat Islamnya. Dan yang berangkat itu mujahid-mujahid yang dikecam para pembaca buku, sehingga saya pribadi usulkan di komik ini, diisi jihad yang riil didalam Islam. Dan dibuku ini mengarah supaya kita tidak akan mengangkat senjata” katanya.
Namun demikian, Dr.Muhammad Wildan MA, direktur CISForm mengatakan bahwa hadirnya komik tersebut sebagai counter narrative untuk mereduksi tersebarnya ideologi ekstrem kanan. Ketika ditanya Panjimas tentang program tersebut terkait dengan deradikalisasi, dirinya tidak setuju dengan penyebutan deradikalisasi tapi CVE
“Targetnya adalah generasi muda yang galau kemudian mencari justifikasi, legitimasi, jatidiri, kearah gerakan Islam radikal. Saya tidak suka dengan istilah deradikalisasi, menjadikan orang tidak radikal itu sulit. Istilah yang lebih pas yaitu orang boleh radikal secara ideologis tapi tidak menggunakan cara kekerasan, yaitu CVE (countering violent and extremism), boleh radikal pemikiran tapi tidak menggunakan kekerasan” ujarnya.
Sementara itu, siswa SMA yang ikut hadir namun tidak ingin disebut namanya mengatakan bahwa hal ini bagian dari penggembosan makna Jihad.
“Mungkin mereka takut generasi Islam bangkit, lihat faktanya sendirilah, jihad tidak akan bangkit jika tidak ada penindasan dari orang kafir. Makna jihad sudah diplencengkan oleh mereka, ini penggembosan jihad” ucapnya pada Panjimas saat menuju tempat parkir. [SY]