SURABAYA, (Panjimas.com) – Pendiri Lembaga Pendidikan Muslimah Indonesia (LPMI) Al-Izzah Kota Batu, Ustadz H. Ali Imron dalam orasi “Aksi Bela Islam” di depan markas Polda, Jawa Timur mengatakan bahwa kita semua harus sadar bila negeri ini merdeka oleh air mata keringat dan darah para mujahid-mujahidin, pendahulu dan ulama’.
Untuk itu, terang Ustadz Ali, demikian bapak ini disapa, kita hadir dengan penuh kesadaran karena kecintaan kita kepada baginda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, kecintaan kita kepada Al-Qur’an dan kepada bumi pertiwi Indonesia. Jika saat ini kita saksikan seorang gubernur berani menghina, mengejek, menistakan Al-Qur’an. Sesungguhnya mereka memposisikan diri mereka sebagai musuh umat islam. Ketika mereka mencoba melecehkan Al-Qur’an, sesungguhnya mereka telah melecehkan para ulama’, mereka melecehkan para syuhada’, melecehkan para mujahid yang telah memerdekakan Indonesia.
“Untuk itulah kepada bapak Presiden, Kapolri hari ini kami hadir meneruskan cita-cita para mujahid, meneruskan cita-cita para pejuang kita bahwa negeri ini harus diteruskan dengan Al-Qur’an sebagai spirit perjuangan,” ungkap ustadz Ali, perwakilan Hidayatullah Jatim belum lama ini Jumat, (21/10).
Beliau juga menghimbau kepada aparatur negara, sebagai insan beriman yang kita sadar bahwa aparat itu besok akan dimintai pertanggungjawaban dihadapan Allah subhanahu wa ta’ala. Sehingga apapun kondisinya sudah tidak bisa menjadi penghalang untuk segera memproses Ahok.
Selain itu, dari Front Pembela Islam (FPI) Jawa Timur, ustad Habib Bagir Haidar Al-Hamid memaparkan bahwa beberapa hari ini ia banyak menerima pesan, banyak yang menulis pesan kepadanya. Mereka meminta untuk menjaga keamanan, untuk menjaga NKRI, untuk menjaga Pancasila, untuk menjaga undang-undang dasar 1945.
“Kami jawab, ya, kami siap untuk menjaga NKRI, Pancasila dan UUD 45. Tapi kami tidak siap untuk menjaga Ahok,” tegasnya.
Mereka katakan, lanjut Haidar, NKRI harga mati, Pancasila harga mati, UUD 45 harga mati karena mereka tahu kita akan tumpah ruah hari ini. Ya, NKRI harga mati, Pancasila harga mati, UUD 45 harga mati. Tapi diatas segalanya ada Al-Qur’an harga Akhirat.
“Silahkan bersembunyi di belakang Presiden, silahkan sembunyi dibelakang Kapolri, tapi kita umatI tidak akan mundur, tidak akan takut” ujar Ketua DPD FPI Jatim.
Dalam orasi selanjutnya, Kyai Luqman, dari Nahdlatul Ulama (NU) menjelaskan di hadapan masyarakat muslim yang tergabung dalam GUIB (Gerakan Umat Islam Bersatu) di depan Polda Jatim, Jalan Jenderal Ahmad Yani No. 116 Surabaya ini, ia katakan bahwa negara Indonesia merdeka karena Islam. Di undang-undang sudah jelas “Atas berkat rahmat Allah…” bukan “Atas berkat rahmat Tuhan”. Itu artinya Indonesia merdeka berkat islam. Sekarang Allah punya kitab suci dihina. Sudah nyata dimana mana bahwa Ahok melecehkan Al-Qur’an.
“Tolong beri penjelasan kenapa Ahok tidak ditangkap? Ini tidak sekedar persoalan hukum tapi juga politik, kenapa presiden diam? Apakah presiden membela Ahok? Jika demikian, serang Presiden,” cetus penuh semangat.
Secara bergantian perwakilan dari 70 Ormas Islam se-Jatim menyampaikan orasinya. Dan aksi bela islam ini di pandu oleh M.Yunus selaku Sekjen GUIB Jatim. Ribuan umat Muslim itu diantaranya; NU, Muhammadiyah, Al Irsyad, Hidayatullah, Ikadi, FPI, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia, HTI, Pelajar Islam Indonesia, HMI, FUI, Dewan Masjid Indonesia, Persatuan Islam (Persis), Forum Madura Bersatu (Formabes) dan masih banyak yang lain.
Yunus koordinator aksi mengatakan, aksi kali ini cukup hanya di depan Mapolda Jatim. Rencana aksi dilanjut di Kejaksaan Tinggi tidak dilakukan karena aksi kali ini sudah memenuhi harapan.
“Harapan kami adalah mendesak Polda Jawa Timur untuk ikut mendesak Kapolri agar segera melakukan pengusutan kasus penistaan agama,” pungkasnya sebelum menutup longmarch kali ini.
Sebelum aksi, puluhan ribu massa dari berbagai kota se-Jatim mengikuti shalat Jumat di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya dan dilanjut dengan long march menuju Polda Jatim dan Kejaksaan Tinggi. Unjuk rasa inipun berjalan damai dan lancar sesuai harapan. [RN/Andre Rahmat]