MAUNGDAW, (Panjimas.com) – Kekerasan di perbatasan Myanmar dan Bangladesh berlanjut. Bentrokan antara militer pemerintah dan mujahidin di Rakhine berakhir menewaskan empat tentara Myanmar (Tatmadaw) dan melukai seorang tentara.
Ye Naing mengungkap, insiden terjadi ketika para tentara dikirim ke utara negara bagian Rakhine untuk mencari pembunuh sembilan polisi di pos penjagaan perbatasan pada Ahad 9 Oktober lalu. Operasi terus berjalan hinggga Selasa 11 Oktober. Sekira pukul 14.30, Tatmadaw tiba-tiba diserang saat mendekati Desa Pyaung Pyit di Maungdaw.
“Seorang tentara kami terluka dan empat lagi tewas dibunuh pejuang Muslim. Sementara di pihak musuh, korban tewas hanya seorang. Dua senjata api dan dua selongsong amunisi ditemukan di lokasi kejadian,” kata Direktur Kementerian Informasi Publik Myanmar, Ye Naing, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (12/10/2016).
Serangan ini sendiri datang sehari setelah polisi dan militer Myanmar secara brutal menebaki 24 pengungsi Rohingnya di Maungdaw, barat Myanmar. Bahkan, helikopter dikerahkan ke atasnya untuk menyisir keberadaan pejuang Islam di kawasan tersebut.
Pemerintah mengklaim aksi penembakan warga sipil yang tidak pernah mendapatkan pengakuan sebagai warga negara itu terjadi karena adanya diserbu oleh warga. Namun penduduk setempat berujar, mereka dijadikan sasaran justru saat mencoba melarikan diri.
Di samping itu, Ye Naing mengatakan Tatmadaw setidaknya telah berhasil menahan empat pengungsi muslim yang tak tau apa-apat.
Rakhine adalah rumah dari jutaan pengungsi Rohingya yang kini hidup tanpa status kewarganegaraan. Mereka telah lama menetap dan beranak-pinak di Myanmar, tetapi negara tersebut dengan arogan menolak mengakui keberadaan mereka.
Mayoritas penduduk Myanmar adalah pemeluk agama Buddha. Sedangkan pengungsi Rohingya yang berasal dari Bangladesh menganut agama Islam. [RN/okzone]