ISTANBUL, (Panjimas.com) – Lebih dari 500 pemimpin Islam dan para Ulama yang berasal dari 30 negara-negara Islam bertemu di Istanbul, Turki pada hari Jumat (07/10) untuk membahas mengenai situasi di Masjid Al-Aqsa di Palestina. Ratusan Ulama dan pemimpin Muslim dalam pernyataannya memperingatkan bahwa Masjid Al-Aqsa, kini berada dalam bahaya, dilansir oleh Anadolu.
Dalam pertemuan di Istanbul itu, tampak ratusan pemimpin Muslim dan organisasi politik, yang mewakili setidaknya 50 organisasi masyarakat sipil serta partai-partai politik di negara mereka.
Mudzakarah Ulama dan Pemimpin Islam di Istanbul itu, merupakan “Forum Opini Pemimpin-Pemimpin Negara Islam ke-8” (The 8th Islamic Countries’ Opinion Leaders Forum) dengan topik utama “Al-Aqsa Berada dalam Bahaya” (“Al-Aqsa is in Danger”) yang diselenggarakan oleh Arab-Turkish Relations Center (Pusat Hubungan Turki-Arab).
Yasin Aktay, Wakil Ketua Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), yang mewakili Turki saat ia berbicara pada pembukaan forum opini pemimpin Islam tersebut, menyatakan: “Al-Aqsa [Masjid] berada dalam bahaya, dan itu berarti kemanusiaan pun juga berada dalam bahaya, karena Al-Quds [Yerusalem] memberi kami sebuah contoh bagaimana orang-orang [dari berbagai sekte] hidup berdampingan secara damai dengan cara yang ideal.”
Abderrazak Makri, Presiden Gerakan Masyarakat untuk Perdamaian di Aljazair, menyatakan, “Tidak akan ada keberhasilan bagi Negara Islam tanpa kerja dan upaya keras atas masalah Palestina”, Makri juga menyalahkan kekuatan-kekuatan asing yang “tidak ingin kami [Muslim] untuk bersatu, dan bangkit maju. Itulah sebabnya kita [Muslim] harus bersatu untuk bekerja sama terkait Masjid Al-Aqsa.”
Selama masa liburan Rosh Hashanah tahun lalu, yang menandai tahun baru Yahudi, pembatasan-pembatasan pria Muslim berusia di bawah 50 tahun untuk memasuki Masjid Al-Aqsa menyebabkan bentrokan pecah di Yerusalem dan wilayah Tepi Barat.
Serangkaian bentrokan selama sebulan masa liburan tahun baru Yahudi dimulai dengan Rosh Hashanah di masa lalu juga menyebabkan ketegangan karena banyak warga Palestina sangat keberatan dengan meningkatnya jumlah ektrimis Yahudi illegal yang masuk ke dalam kompleks Masji Al-Aqsa.
Rakyat Palestina di masa lalu mengatakan Israel secara sepihak telah mengubah status quo, keseimbangan jadwal ibadah dan hak-hak beribadah Shalat bagi Muslim di Masjid Al-Aqsa, melalui kebijakan yang diberlakukan di kompleks Masjid Al-Aqsa dan daerah-daerah sekitarnya.
Ketegangan disebabkan oleh pembatasan bagi Muslim yang ingin memasuki Al-Aqsa tahun lalu diikuti dengan periode bentrokan kekerasan yang menyebabkan setidaknya 235 warga Palestina tewas akibat diserang oleh pasukan Israel.
“Kalian semua tahu bahwa upaya kudeta 15 Juli, yakni kudeta yang gagal di Turki bertujuan untuk melemahkan Turki karena Turki selalu mengambil peran yang kuat di Palestina; karena mereka ingin menghentikanTurki untuk mendukung perjuangan rakyat Palestina,” imbuh Abderrazak Makri.
Salah Abdel Maksoud, mantan Menteri Informasi Mesir dalam pemerintahan Presiden Mohamed Morsi, menyatakan bahwa rakyat Turki telah berhasil mengalahkan kudeta militer yang bertujuan untuk meminggirkan peran negara.
Maksoud menyebut bahwa kudeta militer di Mesir pada tahun 2013, yang menggulingkan Morsi, dilancarkan karena Morsi “ingin mematahkan pengepungan [Israel], dan membantu rakyat Gaza.”
Sementara itu, Muhammad Walid, Ketua Gerakan Ikhwanul Muslimin di Suriah, berbicara dalam forum itu, untuk membahas krisis di negaranya.
Walid mengatakan Ia membawa pesan dari kubu oposisi Suriah kepada Rusia: “Kami tidak pergi menuju medan perang untuk membunuh Anda [Pasukan Rusia], tetapi Anda [Rusia] datang ke negara kami untuk membunuh anak-anak kami, gadis dan perempuan kami, dan untuk menghancurkan rumah-rumah kami, bahkan sejarah kami. Kami tahu bahwa Anda [Rusia] adalah penjajah.
“Kalian [Pasukan Rusia] memiliki roket-roket antarbenua, dan rudal-rudal yang benar-benar efektif menghantam tubuh anak-anak kami. […] Kami tahu bahwa Anda [Rusia] adalah orang yang paling pengecut dalam sejarah,” kata Walid.
Para Ulama dan pemimpin Islam bertemu setahun sekali di Turki untuk membahas solusi atas konflik-konflik di negara-negara Muslim. Forum Opini Pemimpin Islam ke-8 (The 8th Islamic Countries’ Opinion Leaders Forum) berlangsung selama 2 hari, dan berakhir pada hari Sabtu (08/10). [IZ]