GAZA, (Panjimas.com) – Para Aktivis yang berada di “Kapal Perempuan Ke Gaza”, kini berada di bandara internasional Tel Aviv, menunggu proses deportasi, seperti dilansir Al Jazeera.
Menurut koresponden Al Jazeera, Mina Harballou, yang berada di atas kapal Zaytouna, “Ketika Zaytouna dicegat dari arah barat oleh Israel di sekitar jam 4 sore, terdapat 2 kapal perang, yang satu di sebelah kanan dan yang lainnya di sebelah kiri kapal. ”
Harballou mengatakan lebih dari 3 kapal milik Angkatan Laut Israel telah mengepung Zaytouna dan memerintahkan Kapten, Ann Wright, untuk mengubah arah kapalnya. Ann Wright menolak hal itu dan mengatakan bahwa Zaytouna berada 33 mil dari lepas pantai Jalur Gaza dan wilayah itu masih dalam perairan internasional.
Namun, Zaytouna segera dicegat AL Israel setelah Kapten Ann Wright disarankan berkali-kali untuk mengubah arah sebelum aksi penyerbuan”, ujar juru bicara Angkatan Laut Israel dalam sebuah pernyataan.
Menurut Angkatan Laut Israel, pasukannya telah naik dan menggeledah kapal Zaytouna, bahkan menyebut operasi pencegatan ittu berjalan dengan “lancar”.
Perahu layar Zaytouna kemudian diarahkan ke pelabuhan Israel Ashdod, di sebelah utara Jalur Gaza, di mana mereka diberondong dengan pertanyaan-pertanyaan sebelum akhirnya dikirim ke Bandara Internasional Ben Gurion di Tel Aviv, untuk dideportasi.
Kapten Zaytouna, Kolonel Ann Wright berpendapat bahwa para aktivis yang ingin menuju ke Gaza berusaha untuk mematahkan pengepungan”, kata Mina Harballou, Koresponden Al Jazeera. Wright kemudian menyerukan pasukan Israel “untuk berurusan dengan para perempuan secara manusiawi dan tidak menanggapinya dengan kekerasan.”
“Tidak ada bentrokan kekerasan antara kedua pihak,” jelasnya.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis Rabu (05/10), Angkatan Laut Israel mengatakan pasukannya telah “mengubah jalur” perahu layar [Zaytouna] untuk mencegah “pelanggaran blokade maritim yang sah” atas wilayah Gaza Palestina.
Angkatan Laut Israel mengklaim tindakannya telah dilakukan sesuai dengan arahan pemerintah dan setelah melalui semua jalur diplomatik yang melelahkan.”
Sementara itu, Hamas mengecam tindakan AL Israel itu, dan menyebut tindakannya sebagai suatu aksi “terorisme negara”.[IZ]