JAKARTA, (Panjimas.com) – Cape’ tapi asyik. begitulah yang saya rasakan sekarang ini. Semua berkenaan dengan melayani untuk bicara tentang “Dimas Kanjeng” Taat Pribadi.
Demikian ungkapan KH Cholil Nafis terkait persoalan aliran sesat Padepokan Dimas Kanjeng yang sedang menghiasi pemberitaan beberapa hari ini.
“Pagi diundang Kompas TV tapi saya tak jadi datang karena barengan dengan jam ngajar, siang jam 12:30-13:30 saya bicara di INEWS TV satu jam membedahnya. Malam ini di undang TVONE tapi saya tolak karen sudah terlanjur menerima undangan dari JAKTV.” Ungkapnya Selasa, (4/10).
Lanjutnya,Walhamdulillah di JAKTV ketemu dengan Ibu Marwah Daud Ibrahim. Dia mengulas fakta subjektifitasnya bahwa Taat Pribadi itu bisa mengadakan (bukan menggandakan) uang. Dia yakin kalau Taat punya kelebihan yang bisa membangun peradaban.
“Saya menjelaskan bahwa mengadakan uang itu hak pemerintah, berarti dia melawan hukum. Uang itu alat tukar dan alat saving atas dasar kekayaan yang dimiliki. Kalau uang tanpa ada uderline asetnya itu kan uang palsu. Saya jelaskan kalau karomah itu tidak pamer dan biasanya berupa pertolongan Allah kepada waliyullah saat kepepet, dan saat mau diulang di waktu normal tidak bisa. Karomah utk kebaikan yang diraih dengan iman dan takwa bukan hal yang melanggar hukum.” Tegas pria kelahiran Sampang Madura tersebut.
KH Chalil Nafis, menyampaikan bahwa beragama itu bukan semata untuk kekayaan tapi mendekatkan diri kepada Allah. Islam menghormati proses bukan hasil semata. Apalagi padepokan itu awalnya bukan tempat mengaji tapi karena kecenderungan masyarakat untuk menggandakan uang berkumpul maka diisi dengan istighatsah.
“Saya menolak menyebut pengikutnya sebagai santri. Peradaban itu dapat dibangun dengan cara beradab. “
Tapi Ibu Marwah masih kekeh dan yaqin kalau Taat Pribadi itu benar-benar orang pilihan dan akan mampu membangun peradaban. [RN]