JUBA, (Panjimas.com) – PBB pada hari Jumat pekan lalu (30/09) mengatakan sekitar 100.000 orang kini sedang terperangkap dan menghadapi situasi yang semakin menakutkan dimana ratusan ribu warga dikepung kota Yei, Sudan Selatan, setelah Mereka menghindari kekerasan termasuk pembunuhan-pembunuhan dengan target tertentu serta mutilasi-mutilasi, dilansir oleh Anadolu.
Lebih dari 30.000 orang telah melarikan diri ke kota Yei di Sudan Selatan, yang terletak sekitar 150 kilometer (93 mil) barat daya wilayah ibukota Juba, menyusul serangan mematikan terhadap warga sipil dan penjarahan properti awal bulan ini.
30.000 warga itu bergabung dengan beberapa ribu orang pengungsi lainnya yang telah tiba sejak pertengahan bulan Juli, beserta sebanyak 60.000 warga kota Yei, demikian menurut pernyataan Badan Pengungsi PBB, UNHCR.
“Pasukan pemerintah sedang mengepung kota, dan mereka membatasi akses ke kota serta juga mencegah warga meninggalkan kota Yei, mungkin karena mereka mencurigai bahwa puluhan ribu hingga ratusan ribu warga itu berpihak dengan pasukan oposisi,” kata juru bicara UNHCR William Spindler kepada para wartawan di Jenewa.
UNHCR mengatakan baik pengungsi pria maupun wanita berbicara bahwa kekerasan mengerikan terhadap warga sipil sebelum dan selama perjalanan mereka, menunjuk ke pembunuhan, mutilasi dan penjarahan serta pembakaran properti, ujar Badan Pengungsi PBB itu.
Sudan Selatan telah mengalami situasi kekerasan berkepanjangan yang dimulai pada akhir tahun 2013, sehingga telah menewaskan puluhan ribu jiwa dan memaksa sekitar 2,4 juta warganya untuk mengungsi.[IZ]