SOLO,(Panjimas.com) – Kajian Ghaida menggelar acara Ngopi (Ngobrol perkara iman) bareng Salman Al Juqjawy alias Sakti Ari Seno mantan gitaris “Sheila on 7″, di masjid Nurul Iman, Kalitan, Laweyan, Solo, Ahad (2/10/2016).
Pada kajian tersebut Sakti lebih banyak menerangkan pengalamannya hijrah dari dunia musik menuju dunia religi. Ketenaran yang pernah diperoleh bersama grup band musik Sheila on 7, ia tinggalkan setelah membaca buku ” Menjemput Sakaratul Maut Bersama Rasulullah”.
“Sejak kecil saya seneng dunia musik, sampai punya grup band itu cita-cita saya. Kalau orang setiap hari dengerin musik, seakan bahagia itu ya di musik. Itu yang saya rasakan dulu seperti itu, saya kira musik itu pangkal kebahagiaan” kata pencipta album religi, Islam Itu Indah.
Namun setelah pengalaman hidupnya menemukan buku tentang kematian, Sakti merasa gundah, dan berusaha merubah kehidupannya. Ia memilih bergabung bersama Jama’ah Tablig untuk menimba ilmu agama Islam yang menurutnya cocok baginya.
Suatu ketika Sakti meminta libur dari grup Sheila on 7 selama satu minggu. Ia lantas diajak salah satu kakaknya ke Bali mengikuti pesantren kilat di masjid selama tiga hari, disitu dia merasakan hati jauh lebih bahagia dibanding dengan kesibukan yang lain (bersama sheila on 7).
“Saya diajak ke masjid menginap tiga hari, disitu saya rasakan hati saya itu jauh merasa bahagia. Tapi sempat bingung tetap tidak, tetap tidak (bermusik bersama Sheila on 7)” ucapnya.
Akhirnya Sakti memutuskan meninggalkan grup yang telah membesarkan namanya itu. Setelah menimba ilmu agama ke beberapa negara, Sakti sudah merubah gaya hidup dan perilaku menjadi seorang yang lebih mengikuti sunnah Rasul Muhammad salallahu ‘alaihi wassalam.
“Saya ke India, Pakistan dan Baghdad, disana saya melihat bagaimana agama dijalankan dengan sebenar-benarnya. Dari situ saya tahu ada hak tetangga, ada ajaran kasih sayang pada sesama.” ujarnya sambil menceritakan bagaimana ia bertemu dengan muslim dari segala bangsa disana.
Sakti berpesan pada jama’ah untuk memulai dari keluarga dalam menguatkan iman. Meluangkan waktu berinteraksi dengan seluruh keluarga, membicarakan permasalahan yang dialami setiap keluarga dan belajar Qur’an bersama.
“Coba bapak ibu, setiap hari berikan waktu minimal setengah jam kumpul dengan keluarga, ada suami, istri dan anaknya kumpul yang membaca Qur’an siapa yang terjemahkan siapa yang doa. Itu nanti kalau rutin minimal 10 ayat akan menjaga kita dari kemaksiyatan, Subhanallah, hanya 10 ayat” ujarnya. [SY]