NEW YORK, (Panjimas.com) – Facebook akhirnya meminta maaf setelah menutup sejumlah halaman yang berhubungan dengan 2 situs berita Palestina.
Akan tetapi, permintaan maaf Facebook ini belum menghilangkan kekhawatiran para aktivis Palestina dan juga para junalis bahwa pekerjaan mereka dapat kembali diblokir akibat desakan Israel.
Pihak Facebook mengakui “kesalahan” mereka setelah memblokir halaman situs berita Alquds News Network (memiliki 5,2 juta pengikut) dan Shehab News Agency (memiliki 6,35 juta pengikut), mengutip laporan Agence France-Presse (AFP).
Selain itu, Artikel yang diterbitkan oleh Electronic Intifada juga telah diblokir tanpa penjelasan rinci dari Facebook.
Facebook mengatakan bahwa halaman yang diblokir dan ditangguhkan dengan dalih kesalahan (Pro-Palestina) kini telah dipulihkan.
“Tim kami memproses jutaan laporan setiap minggu, dan kadang-kadang kami mendapatkan laporan yang salah.”, ujar juru bicara Facebook.
Namun, rakyat Palestina dan para pendukung perjuangan pembebasan Palestina meyakini bahwa pemblokiran halaman akun Facebook 2 situs berita Palestina tersebut adalah akibat langsung pertemuan terakhir antara pihak Facebook dan pejabat tinggi Israel, yang menuduh rakyat Palestina berulang kali menghasut kebencian dan kekerasan melalui media sosial.
“Kami khawatir bahwa Facebook akan membantu pendudukan Palestina dan menutup satu-satunya ruang berekspresi bagi rakyat Palestina,” ujar Iyad Al-Rifai, juru bicara gerakan kampanye perlawanan atas pemblokiran 2 situs berita tersebut.
Media Sosial Populer Disetir Israel
Seperti diberitakan Panjimas sebelumnya, pada bulan Juni lalu, akibat tekanan kuat dari Kementerian Kehakiman Israel, penyedia layanan media sosial terbesar di dunia, Facebook dan Twitter telah menghapus ribuan postingan, halaman dan akun-akun terkait dengan konten-konten pembelaan terhadap rakyat Palestina, demikian mengutip laporan Quds Press, hari Rabu (08/06/2016).
“Kami berhasil mencapai tujuan kami dimana sekitar 70 persen dari tuntutan kami [untuk menghapus konten-konten Palestina di Facebook dan Twitter] terpenuhi,” kata Menteri Kehakiman Israel, Ayelet Shaked, mengutip laporan surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth.
Menteri Kehakiman Ayeled Shaked juga menambahkan bahwa “Kami [Israel] berhasil menghapus konten-konten yang berisi hasutan yang menyerukan kematian dan kekerasan di internet.”
Dalam pertemuan yang diadakan untuk membahas upaya memerangi hasutan dan konten-konten Palestina di media-media sosial” tiga-hari yang lalu, Ayelet Shaked menegaskan bahwa kerjasama Israel dengan Facebook, Twitter dan Google adalah mengenai penghapusan konten-konten hasutan Palestina di media elektronik.
Shaked mengklaim bahwa ketika hasutan di internet menurun, serangan terhadap Israel pun menurun.
“Ini membuktikan bahwa ada hubungan secara langsung antara hasutan di internet dan kekerasan di Israel,” katanya.
Untuk diketahui, ribuan postingan, halaman, dan akun-akun yang dihapus oleh Facebook dan Twitter adalah karena berisi pembelaan terhadap penderitaan rakyat Palestina.[IZ]