BERLIN, (Panjimas.com) – Sebuah serangan bom telah menyasar sebuah Masjid di Dresden Jerman Senin malam (26/09), bom diduga adalah rakitan tangan, demikian pernyataan Kepolisian Dresden Jerman, hari Selasa (27/09), seperti dilansir Anadolu.
Presiden Polisi Horst Kretschmar mengatakan penyelidikan awal menunjukkan bahwa tersangka menggunakan bahan peledak buatan sendiri, serangan bom ini menyebabkan kerusakan berat di bagian pintu Masjid.
“Sementara itu belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu sejauh ini, kami harus mengasumsikan bahwa ada motif xenophobia dalam serangan ini,” kata Kretschmar dalam konferensi pers di Dresden.
Imam Masjid beserta istri dan 2 anaknya sedang berada di Masjid pada saat serangan bom itu terjadi, tetapi mereka berhasil selamat tanpa cedera.
Menyusul pembicaraan dengan Konsul Jenderal Turki Ahmet Basar Sen, yang mengunjungi lokasi serangan pada Senin malam (26/09), Horst Kretschmar mengatakan pihak Kepolisian memutuskan untuk meningkatkan keamanan di sekitar Masjid-Masjid di Dresden.
Serikat terbesar Komunitas Turki di Jerman, Uni-Islam Turki untuk Urusan Agama, Turkish-Islamic Union for Religious Affairs (DITIB), mengutuk keras serangan bom terhadap Masjid, yang dikelola oleh DITIB ini.
“Mengingat meningkatnya jumlah serangan yang menargetkan Masjid baru-baru ini, Kami ingin menyampaikan sekali lagi bahwa kami menentang segala bentuk kekerasan dan serangan terhadap tempat-tempat ibadah, dan kami mengutuk semua tindakan yang mengancam koeksistensi sosial,” kata DITIB (Turkish-Islamic Union for Religious Affairs) dalam siaran persnya, hari Selasa (27/09).
DITIB meminta pemerintah Jerman untuk mengambil semua langkah yang diperlukan untuk memastikan keamanan di Masjid-Masjid.
“Kami berharap bahwa Badan Keamanan Jerman akan membawa para tersangka ke Pengadilan secepatnya dan sehingga tindakan keji semacam ini tidak akan terjadi lagi,” kata DITIB dalam rilisnya.
Organisasi-organisasi Muslim Jerman telah melaporkan peningkatan jumlah serangan yang menargetkan Masjid-Masjid dalam beberapa bulan terakhir, banyak dari insiden serangan itu termasuk insiden seperti penulisan slogan neo-Nazi atau anti-Islam di dinding Masjid, pelemparan kepala babi di kompleks Masjid, ataupun serangan pembakaran dengan bom molotov.
Serangan Senin malam di Dresden dengan menggunakan peledak rakitan telah memperburuk keprihatinan atas ancaman kelompok ektrimis sayap kanan di Jerman.
Dresden, merupakan ibukota negara bagian Saxony, selama ini telah menjadi basis markas bagi kubu anti-Islam di Jerman dan juga basis gerakan gerakan anti-pengungsi PEGIDA.
Presiden Polisi Horst Kretschmar mengatakan tersangka di balik serangan Masjid Dresden cenderung bertanggung jawab atas serangan-serangan bom lainnya di Dresden Senin malam, yang menargetkan International Congress Center.
Presiden Jerman Joachim Gauck dijadwalkan untuk menghadiri perayaan di International Congress Center minggu depan untuk merayakan ulang tahun ke-26 atas reunifikasi Jerman.
“Kami [Kepolisian] sekarang telah beralih ke mode krisis,” kata Kretschmar, sejumlah petugas polisi telah dikerahkan untuk menjaga 2 Masjid di Dresden dan satu Pusat Kebudayaan Islam(Islamic Cultural Centre), mengutip laporan Al Jazeera.
Sekitar 300 jamaah Muslim secara teratur menghadiri shalat Jumat berjamaah di Masjid Fatih Camii, yang terletak tidak jauh dari pusat bersejarah Dresden.
Ledakan bom menghantam Masjid sekitar pukul 19.53 GMT pada hari Senin malam(26/09). Kekuatan ledakan itu menghancurkan pintu depan bangunan Masjid hingga membuat Masjid itu kini hanya ditutupi dengan jelaga, kata Kepolisian Jerman.
Ledakan bom yang terjadi di pusat konvensi – sekitar 2 kilometer dari Masjid Fatih Camii di Sungai Elbe, terjadi sekitar setengah jam kemudian.
Panas yang disebabkan oleh ledakan di pusat konvensi itu menghancurkan sisi dari kubus kaca dekoratif di daerah terbuka di gedung kongres dan mengakibatkan bagian bangunan tersebut dievakuasi.
Kretschmar mengatakan bahwa pihak Kepolisian akan meningkatkan jumlah petugas di jalan-jalan Dresden menyusul serangan bom pada Senin malam.
Tumbuhnya Xenophobia
Pertumbuhan sentimen xenophobia, rasa ketidaksukaan atau ketakutan terhadap orang-orang dari negara lain, atau hal-hal yang dianggap asing, serta sentimen anti-Islam begitu meningkat tajam di Jerman.
Kota Dresden dulunya merupakan kota Baroque di Jerman, mantan daerah basis komunis, Dresden merupakan tempat kelahiran dari gerakan jalanan anti-imigrasi PEGIDA, yang dijabarkan menjadi Patriotic Europeans Against the Islamisation of the Occidentt, sebuah gerakan patriorik perlawanan warga Eropa terhadap Islamisasi di Barat, mengutip Al Jazeera.
Anggota PEGIDA marah dan memprotes masuknya gelombang pengungsi dan imigran ke Jerman, yang mencapai angka satu juta pencari suaka.
Menteri Utama negara bagian Saxony Stanislaw Tillich menyebut insiden pengeboman Masjid Dresden ini sebagai tindakan “pengecut”, dan “ini merupakan serangan terhadap kebebasan beragama dan nilai-nilai masyarakat yang tercerahkan” yang bisa dengan mudah menhabisi nyawa orang lain.”, kata Tillich dalam sebuah pernyataan
Insiden Anti Islam di Jerman Meningkat Drastis
Kejahatan kebencian oleh ektrimis sayap kanan di Jerman telah menargetkan tempat penampungan bagi para pencari suaka di Saxony, Angka kejahatan kebencian juga telah naik mencapai 106 insiden pada tahun 2015 saja, dengan 50 insiden serangan lain yang tercatat pada semester pertama tahun ini, seperti dilansir Al Jazeera.
Dalam laporan tahunan yang menguraikan kemajuan sejak reunifikasi, pemerintah Jerman telah memperingatkan pekan lalu bahwa tumbuhnya xenophobia dan ektrimisme sayap kanan dapat mengancam perdamaian di wilayah timur Jerman.
Menteri Dalam Negeri Thomas De Maiziere mengatakan Ia mengerti bahwa banyak Muslim di Jerman tidak ingin meminta maaf untuk setiap aksi “terorisme” yang dilakukan atas nama Islam.
Namun De Maiziere mengatakan dirinya berharap lebih atas hadirnya organisasi-organisasi Muslim di Jerman.
“Saya pikir hal itu akan dianjurkan bahwa perdebatan keamanan menjadi lebih intens dan juga lebih dibahas oleh publik di masa depan,” pungkasnya.
“Pengaruh Politik luar negeri di Jerman melalui agama adalah sesuatu yang kita tidak bisa menerimanya,” kata De Maiziere.
Bagaimanapun, para Pemimpin Muslim yang menghadiri peringatan 10 tahun forum dialog merespon balik pernyataan itu.
“Pernyataan itu salah!, dengan menuduh Muslim sebagai wakil atas kekuatan asing dan berbicara kepada mereka seperti memiliki peran sebagai perwakilannya”, kata Bekir Alboga, Sekretaris Jenderal Uni Islam Turki untuk Urusan Agama (DITIB).
Jerman telah menyaksikan pertumbuhan gerakan anti-pengungsi dan sentimen anti-Muslim dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan pesat gerakan dan sentimen anti-Islam ini dipicu oleh propaganda-propaganda dari pihak sayap kanan dan partai-partai populis yang telah mengeksploitasi masalah krisis pengungsi, kekhawatiran atas ekstremisme agama, dan isu kelompok terorisme.
Jerman, sebagai salah satu raksasa ekonomi terbesar di Eropa telah menerima lebih dari satu juta pengungsi tahun lalu; sebagian besar dari mereka berasal dari Suriah, Irak dan Afghanistan. [IZ]