DAMASKUS, (Panjimas.com) – “Perang di Suriah akan berlarut-larut dan menjemukan tanpa batas waktu selama para pejuang oposisi terus menerima dukungan dari kekuatan asing,“ demikian pernyataan Bashar Al-Assad dalam sebuah wawancara dengan Associated Press.
Turki, Saudi dan Amerika Serikat mendukung para pejuang oposisi di Suriah namun Assad mengatakan negaranya akan bangkit kembali dari perang dan akan lebih bersatu jika dukungan asing itu dihentikan.
Assad pun membantah adanya pengepungan di kota Aleppo, dengan mengatakan: “Jika benar-benar ada pengepungan di sekitar kota Aleppo, orang-orang akan mati sekarang,”
Assad juga mempertanyakan bagaimana mujahidin mampu menyelundupkan senjata tapi ternyata tidak ada makanan atau obat-obatan.
Pemimpin rezim Syiah Nushairiyah itu mengatakan pembunuhan terhadap 70 tentara rezim berikut serangan udara “Itu bukanlah kecelakaan yang diakibatkan oleh satu pesawat , tapi 4 pesawat”, Assad menolak klaim Amerika bahwa serangan itu dimaksudkan untuk menghantam basis kelompok Islamic State (IS).
Assad juga menolak klaim bahwa jet tempur Suriah atau Rusia telah menargetkan konvoi bantuan kemanusiaan menuju ke Aleppo selama masa gencatan senjata, Ia pun mengatakan para pejabat Amerika “tidak memiliki kredibilitas” dan itu “hanya kebohongan belaka”.
Sementara itu berbeda dengan Assad, Sekjen PBB Ban Ki Moon malah mengecam keras pemerintahannya yang terus-menerus menghambat pasokan bantuan kemanusiaan ke daerah-daerah kritis di Suriah.
Sebelumnya pekan lalu, Sekjen PBB Ban Ki Moon menekankan bahwa “tidak ada solusi militer di Suriah,” Ia pun mencatat bahwa banyak kelompok yang telah membunuh banyak orang tak bersalah di negara yang dilanda perang itu akan tetapi rezim Suriah telah berubah menjadi rezim terburuk karena terus menerus mengebom warga sipil dengan bom-bom barel dan secara “sistematis menyiksa ribuan tahanan.”
“Patron-patron kuat yang tetap memberi makan mesin-mesin perang juga memiliki “darah” di tangan-tangan mereka,” imbuhnya.
Sekretaris Jenderal PBB juga mengecam serangan udara terhadap konvoi bantuan kemanusiaan Bulan Sabit Merah PBB-Suriah. Ban menyebutnya sebagai “tindakan yang memuakkan, biadab, dan serangan tersebut tampaknya disengaja”.
Ban juga mendesak para pemimpin dunia untuk menahan para pelaku serangan yang bertanggungjawab atas kejahatan-kejahatan mereka.
PBB kemudian menangguhkan akses konvoi bantuan ke Suriah setelah serangan itu. “Saya meminta bagi semua pihak yang memiliki pengaruh untuk mengakhiri pertempuran dan memulai pembicaraan,” tegasnya.
“Masa depan Suriah tidak harus diserahkan pada nasib satu orang”. Ban juga menyebutkan beberapa konflik lain di seluruh dunia dari Ukraina ke Myanmar, lebih lanjut Ban juga mengatakan kepada para pemimpin dunia :”Layani orang-orang Anda. Jangan menumbangkan demokrasi; janganlah mencuri sumber daya negara Anda; dan janganlah memenjarakan dan menyiksa para kritikus Anda. ”[IZ]