SUKOHARJO,(Panjimas.com) – Kedatangan BNPT yang ikut meminta Bank Rakyat Indonesia (BRI) di Ponpes Ulul Albab, untuk menggelar Program Pesantren Bersinar kurang ditanggapi ustadz Shoimin. Namun uraian Ujang Koswara, penemu Lampu Listrik Mandiri Rakyat (Limar) yang berkesempatan mempresentasikan temuannya justru terkesan promosi.
“Sebetulnya yang disampaikan pak Ujang ini bagus, tapi mungkin bapak dan ibu ada kekecewaan, wah saya kira pada kesempatan ini bapak Presidan berkunjung datang juga. Tapi kok ternyata hanya mendengarkar semacam promosi jual lampu gitu. Sekali lagi mohon maaf ini bukan upaya kami, tapi semua adanya informasi dari instansi yang ada” tuturnya. Senin (26/9/2016).
Tak hanya itu terkait pembatalan sepihak dari pihak kepresidenan yang rencananya datang ke Ponpes Ulul Albab juga membuat peserta yang hadir takmpak kecewa.
“Mungkin diantara bapak ibu tatkala dari rumah sudah mendengar bahwa bapak Presiden akan datang di Ulul Albab. Ini sebuah informasi resmi dari pemerintah dari jajaran Polri, meskipun mungkin bapak ibu sama-sama menyaksikan, jangan punya kesan kita hanya mendengarkan promosi tentang lampu” kata ustadz Shoimin dalam sambutannya.
Ustadz Shoimin di hadapan rombongan BNPT yang membawa misi deradikalisasi, mengingatkan tentang akhlaq muslim. Seringnya informasi yang tidak benar dari instansi disindirnya, karena perkataan jujur menjadi ciri orang yang beriman.
“Saya berpesan pada kaum muslimin hendaknya dalam kehidupan ini senantiasa jujur, berbicara apa adanya. Hendaknya senantiasa kita memegang janji, karena ini adalah akhlaq seorang muslim oleh karena itu kami selaku pengasuh ponpes Ulul Albab mohon maaf” pungkasnya.
Sementara itu, Komjen Pol Suhardi Alius kepala BNPT menjelaskan program Pesantren Bersinar diberikan pada sepuluh Pondok Pesantren di Soloraya sebagai model proses deradikalisasi. Menurutnya akan ada 4 tempat lagi di Indonesia yang disasar BNPT.
“Nah tempat-tempat ini kita anggap sebagai model proses asimilasi, proses deradikalisasi. Sehingga kita perlu kerjasama, disini ada sepuluh pesantren tapi nanti ada empat daerah prioritas yakni Soloraya, Bima, NTB, Sulsel dan Sulteng” ujar Suhardi. [SY]