ZAMBOANGA, (Panjimas.com) – Hari Jumat lalu (23/09), Pihak Militer Filipina bersikeras bahwa operasi serangan terhadap kelompok jaringan ISIL di Filipina akan terus berlanjut, meskipun terdapat permintaan khusus dari Nur Misuari, seorang pemimpin pejuang Muslim Moro, dengan alasan meminta waktu untuk negosiasi pembebasan sandera yang ditahan oleh kelompok Abu Sayyaf, dilansir Anadolu.
Kelompok Moro National Liberation Front (MNLF), Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF), terlibat dalam proses perdamaian dengan pemerintah Filipina, Sebelunya MNLF telah memfasilitasi negosiasi pembebasan sandera Abu Sayyaf Asal Norwegia serta 4 warga Indonesia selama seminggu terakhir di provinsi selatan Sulu.
Seorang warga Norwegia dan 3 nelayan Indonesia berhasil dibebaskan selama akhir pekan atas andil pemimpin MNLF, Nur Misuari.
Brigadir Jenderal, Restitusi Padilla, juru bicara Angkatan Bersenjata Filipina, menekankan pada hari Jumat lalu (23/09) akan pentingnya pihak militer mendesak, melalui operasi militernya terhadap kelompok Abu Sayyaf, meskipun terdapat upaya berkelanjutan untuk membebaskan lebih dari 10 sandera yang tersisa.
“Kami [Militer] tidak setuju [dengan Nur Misuari]. Hal ini penting untuk melanjutkan operasi militer. Terjadi sebelumnya bahwa permintaan tenggang waktu, menjadi sebab mereka melarikan diri,” kata Brigjen Padilla kepada stasiun radio lokal dzBB.
“Tetap lanjutkan operasi. Hanya berikan ruang untuk pembebasan dan transfer sandera. Kami tidak akan menarik pasukan,” pungkas Brigjen. Padilla mengutip laporan GMA News.
Lima Batalion pasukan keamanan tambahan, yang terdiri dari 2.000 sampai 3.000 personil militer, baru-baru ini dikerahkan ke ibukota Sulu, Jolo, untuk mempertahankan tekanan pada kelompok Abu Sayyaf.
Sejak tahun 1991, kelompok mujahidin Abu Sayyaf dengan bersenjatakan alat peledak sebagian besar rakitan, mortir dan senapan-senapan otomatis, telah melakukan pemboman, penculikan, penyerangan dan pemerasan dalam pertempuran untuk merebut sebuah kemerdekaan dalam sebuah provinsi di Filipina.
Kelompok Abu Sayyaf adalah salah satu dari 2 kelompok mujahidin di wilayah selatan Filipina yang telah berjanji setia (berbai’at) kepada ISIL (Islamic State of Iraq and Levant), oleh karena itu kehadiran kelompok ini mendorong kekhawatiran, selama proses perdamaian antara pihak pemerintah dan kelompok MNLF, yang telah memisahkan diri Front Pembebasan Islam Moro, Moro Islamic Liberation Front (MILF), bahwa, hal itu dapat membuat terobosan di wilayah selatan yang selama ini mengalami beberapa dekade konflik bersenjata.
Pada tahun 2013, faksi Nur Misuari [MNLF] mengepung kota Zamboanga, di wilayah selatan yang berpenduduk mayoritas Kristen, untuk memprotes proses perdamaian dengan kelompok pemberontak saingannya. Nur Misuari mengklaim perjanjian dengan kelompok Muslim di selatan negara itu telah berubah dibandingkan dengan kesepakatan damai MNLF versi sebelumnya.
Bulan lalu, Presiden Rodrigo Duterte memerintahkan pasukan keamanan untuk tidak menangkap pendiri MNLF dengan mengatakan, “Jika Nur Misuari keluar dari wilayah dimana dia berada sekarang [di Jolo], Sulu, maka kawalah dia [Misuari] dan Bawa [Misuari] untuk bertemu dengan saya.”, kata Duterte [IZ]