PARIS, (Panjimas.com) – Pihak Kepolisian Perancis telah menangkap seorang remaja yang diyakini berada di balik peringatan keamanan palsu pada akhir pekan lalu yang telah memicu operasi besar kepolisian di pusat kota Paris, demikian menurut laporan sumber peradilan mengatakan pada hari Senin (19/09), dilansir oleh Reuters.
Lebih dari 100 petugas polisi, termasuk unit-unit elit, bergegas mengamankan area sibuk dan padat di Distrik perbelanjaan Chatelet, di ibukota Paris pada hari Sabtu lalu (17/09) setelah terdapat sebuah panggilan yang mengklaim operasi penyanderaan terjadi di dalam Gereja Saint Leu.
Tujuh bulan sebelum pemilihan Presiden, Perancis berada dalam situasi tak menentu menyusul serangkaian serangan militan di wilayah utara Normandia kemudian ke Riviera di wilayah Perancis selatan, termasuk pula aksi penusukan seorang Pastor Katolik tua di altar Gereja
“Dalam masa-masa penuh ketegangan ini, mereka [pelaku] yang datang dengan lelucon sakit semacam itu [informasi serangan palsu]… pantas dihukum dengan berat,” kata Perdana Menteri Manuel Valls kepada para wartawan.
Majalah Mingguan Perancis, L’Obs, pada hari Ahad, (18/09) mengatakan melalui situsnya bahwa mereka telah melakukan kontak dengan 2 remaja yang diyakini berusia 16 dan 17 tahun, yang memberikan majalah L’Obs sebuah rekaman tentang apa-apa yang mereka katakan kepada pihak Kepolisian terkait operasi penyanderaan palsu.
“Ide awal mereka adalah menyusun serangan penyanderaan palsu atas Masjid, tetapi setelah insiden di Saint-Etienne-du-Rouvray, kami [2 remaja itu] pikir itu akan bekerja lebih baik jika kami menargetkan Gereja,” kata pasangan remaja itu, ini mengacu pada serangan di Normandia di mana 2 pelaku menyerang Pastor Katolik.
Tindakan ancaman aksi serangan palsu itu telah menipu ratusan pasukan keamanan Perancis, yang mana segera setelah adanya laporan mereka menyebarkan tim-tim darurat dalam menanggapi laporan serangan. [IZ]