JAKARTA (Panjimas.com) – Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, berang dengan khutbah Idul Adha mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Dr Amien Rais, di Masjid Rumah Sakit Islam Sukapura, Jakarta Utara, Senin (12/9/2016) lalu.
Dalam khutbahnya, Amien mengingatkan para jemaah yang hadir agar tidak salah dalam memilih calon gubernur-wakil gubernur.
“Pilih yang jujur, yang cinta rakyat kecil. Yang bukan tukang gusur, bukan yang meladeni kepentingan pemodal,” kata Amien.
Menanggapi hal itu, Ahok membalas bahwa dilarang bicara politik di masjid. Ahok pun menyandarkan ucapannya itu kepada imbauan MUI.
“Tanya sama Amien Rais, sudah baca belum seruan dan imbauan dari MUI? Khotbah di masjid jangan dipakai politik,” kata Ahok di Pasar Kebon Bawang, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (13/9/2016).
Setali tiga uang, teman ahok melakukan penggalangan di media sosial, untuk melaporkan khutbah di masjid yang berbau politik.
“Khutbah berbau orasi politik? silahkan laporkan ke sosmed. lengkap dgn lokasi dan nama yaa.. let all know,” kicau akun @temanAhok, pagi ini, Senin (12/9/2016) tepat di saat Umat Islam sedang merayakan Hari Raya Idul Adha.
Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal MUI Pusat, Ustadz Zaitun Rasmin memberikan penjelasan terkait larangan berpolitik di dalam masjid. Penjelasan tersebut ternyata jauh berbeda dengan komentar Ahok.
“Kalau yang dimaksud itu politik praktis ya harus dihindari. Tetapi kalau kajian umum, nasihat kepada umat, itu bagian dari ajaran Islam,” kata Ustadz Zaitun Rasmin kepada Panjimas.com, Jum’at (16/9/2016).
Sebaliknya, menurut Wasekjen MUI Pusat tersebut, pihak yang menganggap bahwa tidak boleh sama sekali berbicara politik di dalam masjid, justru bermuatan politis.
“Pernyataan seperti itu kadang bermuatan politik juga,” tandasnya.
Salah satu contohnya, mengapa Teman Ahok dan para pendukungnya baru bereaksi ketika Amien Rais berkhutbah Idul Adha yang menyinggung tentang kepemimpinan. Tapi mereka diam, ketika Ketua Umum Partai Perindo, Hari Tanoesoedibjo yang jelas-jelas non muslim melakukan kampanye terselubung memasuki masjid-masjid dan pesantren?
“Itu dia. Masjid dan pesantren seperti itulah yang sebenarnya telah dipolitisasi,” pungkas Ustadz Zaitun. [AW]