SOLO,(Panjimas.com) – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) menggelar Agenda “Rembuk Kota Solo” di Balaikota Solo Rabu, (31/8/20160).
Dalam agenda yang sudah dicanangkan sejak April 2016 tersebut, BEM UNS ingin mengawal permasalahan Kota Solo dengan mempertemukan Walikota, masyarakat, akademisi dan mahasiswa.
Untuk itu, BEM UNS telah menghubungi Walikota sejak Mei 2016 dan pada tanggal 31 Agustus 2016 pihak Walikota menyanggupinya. Bahkan Walikota berjanji mengosongkan agendanya, sedang Surat Resmi masuk bulan Mei bersama Proposal dan rundown kegiatan.
Kemudian BEM UNS melakukan persiapan termasuk advokasi permasalahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Gerobak Kuning oleh BEM FISIP UNS, Penolakan Sistem Satu Arah di Laweyan, Permasalahan pungutan pendidikan bersama BEM FKIP UNS.
Kehadiran Sukirno mewakili PKL Gerobak Kuning, Abah Ali mewakili Penolakan SSA dengan membawa 50 orang sedang Masalah pendidikan oleh Masyarakat Peduli Pendidikan (MPP) Kota Solo.
Doni Wahyu Prabowo, Presiden BEM UNS merasa aneh mana kala melihat gelagat protokoler yang awalnya memastikan Walikota hadir dan sedang dalam perjalanan. Dirinya dipanggil menemui FX Hadi Rudiatmo Walikota Solo yang sedang merokok di belakang panggung.
Doni berusaha membujuk Rudi untuk setidaknya membuka acara, namun Rudi justru menolak dengan beralasan menghadiri acara tentang Sky Bride di Tirtonadi. Lobi Doni tidak berhasil, ketika Doni pamit untuk menemui panitia terlebih dahulu, saat itu juga Rudi masuk Mobil dan pergi lewat pintu belakang Balaikota, tanpa pamit dan konfirmasi resmi serta tanpa mewakilkan orang lain sebagai perwakilan Pemkot.
“Dalam penjelasannya di media, FX Hadi Rudiatmo mempermasalahkan agenda yang molor sampai jam 18.45. Padahal kepada undangan umum, Rundown jam 18.00-19.00 adalah waktu registrasi dan ramah tamah among tamu, agenda inti sendiri baru dimulai pukul 19.00. Dan kita sudah sampaikan acara itu harus dihadiri penuh tidak bisa setengah-setengah” kata dia.
BEM UNS membuat tim yang diminta memantau agenda di Tirtonadi malam itu, dan dari laporan tim mereka tidak menemui agenda pertemuan warga dengan Walikota yang terjadwal jauh-jauh hari.
“Lalu ke manakah walikota? Kalau Walikota di media mengatakan jam 17.30 datang ke balaikota, pertanyaannya, Apakah Walikota tidak membaca Rundown, yang telah dikirim panitia jauh-jauh hari? Atau apakah dia tidak paham maksud Rundown tersebut? Ini aneh, dan tidak masuk akal” cetusnya.
Acara Malam itu tetap berlangsung tanpa kehadiran Walikota Solo maupun perwakilannya, Perwakilan PKL Gerobak Kuning menyatakan ingin menagih janji Walikota yang akan membangun shelter per 1 September, namun sampai saat ini masih nol.
Sementara pihak SSA ingin menanyakan kajian SSA justru menimbulkan kemacetan di ruas Jl. Samanhudi dan meningkatnya kecelakaan di Jl. Dr. Rajiman. [SY]