ALEPPO, (Panjimas.com) – Ketika bom meluluhlantakkan rumah keluarga Daqneesh, tak diduga seorang anak muncul dari reruntuhan rumah hampir tanpa cedera dan dirinya langsung menjadi viral dan simbol kemanusiaan global disematkan padanya.
Sementara anak lainnya dari keluarga Daqneesh dilaporkan meninggal dunia dengan tenang di Rumah Sakit, kejadian ini benar-benar tidak diketahui dunia, demikian menurut laporan Surat Kabar Inggris, The Telegraph.
Peristiwa ini terjadi pada hari Sabtu pekan lalu (20/08) ketika kakak laki-laki dari Omran Daqneesh, Ali dinyatakan meninggal dunia karena luka-luka yang dideritanya akibat serangan udara yang menghantam rumah keluarganya, berbeda dengan adiknya Omran yang selamat dan menarik perhatian dunia.
Laporan yang belum dikonfirmasi mengatakan Ali Daqneesh menderita perdarahan internal dan kerusakan organ setelah bom jatuh pada 17 Agustus lalu.
Ali, yang berusia 10 tahun itu, keluar ke jalanan ketika sebuah bom milik rezim Assad ataupun militer Rusia jatuh menyasar ke rumah milik keluarganya di kawasan Qaterji Aleppo pada hari Rabu (17/08). Sedangkan sisa keluarganya menderita luka ringan karena kediaman mereka runtuh dan mengenai sebagian tubuh mereka, Ali dilaporkan terkena ledakan bom dan akhirnya meninggal dunia di Rumah Sakit.
Ayah Omran Daqnesh, yang meminta untuk diidentifikasi hanya dengan nama panggilan Abu Ali, yang berarti “Bapaknya Ali”, menerima para pelayat di rumah sementara keluarganya pada hari Sabtu (20/08). Omran, yang masih berusia 3 tahun, dan tiga saudara-saudaranya yang masih hidup tinggal di dalam rumah sementara keluarga Daqnesh itu, ketika Abu Ali menerima para pelayat yang berbelasungkawa di jalanan.
“Omran Daqnesh menjadi ‘simbol global dari penderitaan rakyat Aleppo’, tetapi bagi sebagian besar orang-orang itu hanya sebuah simbol,” tulis Kenan Rahmani, seorang Aktivis Suriah.
“Ali adalah kenyataan: bahwa tidak ada cerita di Suriah yang memiliki akhir yang bahagia.”, ujarnya.
Ali sekarang dapat dihitung di antara “Omran-Omran lainnya”, anak-anak Suriah yang sedang terluka atau terbunuh dalam kehidupan sehari-hari mereka saat perang Suriah yang brutal terjadi, akan tetapi yang foto-foto korban anak-anak Suriah tidak menjadi viral dan bahkan nama-nama mereka tidak dapat menjadi berita headline.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) memperkirakan bahwa 142 anak tewas di Aleppo pada bulan Agustus saja. Sementara hingga kini terdapat sekitar 50.000 anak-anak Suriah yang diyakini telah meninggal di seluruh negeri selama lima tahun terakhir akibat pertempuran, meskipun angka itu dirasa belum tepat, karena sulitnya melakukan pendataan.
Banyak korban lainnya yang telah menderita luka-luka dan tidak ada yang dapat mengukur skala trauma psikologis yang dialami oleh generasi anak-anak Suriah yang tidak mengenal apapun selain peperangan.
Dr Zaher Sahloul telah melihat banyak korban-korban termuda dalam perang Suriah dan luka-luka atas korban anak-anak itu tidak dapat didefinisikan. Namun salah satu gambar/foto yang paling menyengat ke dalam memori Dr Sahloul adalah gambar sederhana tentang seorang anak Aleppo yang berusia tujuh tahun.
Wajah tertegun dari Omran Daqneesh yang berusia lima tahun, berbalut dalam darah dan kotoran, sangat mengejutkan dunia pekan lalu. Foto yang mengkhawatirkan itu, diabadikan oleh seorang wartawan Al Jazeera, Mahmoud Raslan, foto itu diambil setelah Omran Daqneesh berhasil diselamatkan dari sebuah bangunan yang dirusak oleh serangan bom Rusia dan dengan cepat foto itu menjadi simbol bagi para korban yang trauma dan sedang terperangkap dalam perang Suriah (konflik yang telah membuat hampir 12 juta orang mengungsi dalam empat tahun terakhir dan menewaskan sedikitnya 250.000 jiwa menurut PBB, sementara menurut SCPR berjumlah lebih dari 470.000 jiwa).
Sementara itu, dunia masih dihantui oleh gambar/foto tubuh tak bernyawa milik Alan Kurdi yang berusia tiga tahun, ia tenggelam di Laut Mediterania pada bulan September 2015 ketika mencoba melarikan diri dari Suriah menuju Eropa, banyak orang di seluruh dunia merasa takut dengan angka korban peperangan yang mengambil nyawa anak-anak di wilayah itu.[IZ]