SOLO (Panjimas.com)- Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS), mengecam pernyataan serampangan yang disampaikan Kombes Djoko Mulyono, Direktur Keamanan Negara, Baintelkam, Mabes Polri.
Endro Sudarsono, selaku LUIS menyatakan komentar Baintelkam Mabes Polri, sebagai kesalahan fatal dan menyakiti Umat Islam.
Menurut Endro, pengajian di Indonesia, sebagai negeri Muslim terbesar di dunia, adalah sesuatu yang lazim dan membudaya. Setiap Muslim, baik di kota, di desa, perumahan elit, hingga ke gang-gang sering digelar pengajian dengan berbagai bentuknya. Sehingga, sangat gegabah menuding pengajian sebagai sarana penyebaran radikalisme dan terorisme.
“Pengajian, menuntut ilmu itu wajib bagi orang yang mengaku Islam,” kata Endro kepada Panjimas.com, Selasa (23/8/2016).
Bagi Endro, hal ini jika dibesar-besarkan justru menjadi teror baru bagi umat Islam, khususnya para dai maupun muballigh untuk mendakwahkan ilmu agama. Seharusnya, pembicaraan seperti itu didasari fakta hukum.
“Hal semacam itu justru sebagai teror baru umat Islam yang kita sebut deislamisasi, jelas itu tidak menguntungkan umat Islam karena sudah menyinggung pengajian pada umumnya,” pungkasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Direktur Keamanan Negara, Baintelkam, Mabes Polri, Kombes Djoko Mulyono menyampaikan, para penganut radikalisme menyebarkan pahamnya melalui pengajian yang bersifat terbuka untuk umum. (Baca: Baintelkam Mabes Polri Tuding Pengajian Sebagai Sarana Penyebaran Radikalisme)
Dalam pola perekrutan, Djoko Mulyono menuding para teroris biasanya menyasar anak muda yang kehidupannya tidak stabil dan memiliki permasalahan kehidupan. [AW]