MEDAN (Panjimas.com) – Pasca-penyerangan yang dilakukan ratusan prajurit TNI AU Lanud Soewondo terhadap warga Kelurahan Sari Rejo, Medan Polonia, Komisi Nasional Hak Azasi Manusia (Komnas HAM) mengumpulkan para korban di Yayasan Amal Soleh Jalan Cempaka.
Dalam pertemuan itu, dua orang nazir masjid yang sempat diseret-seret Paskhas TNI AU masing-masing Sumadi (65), nazir Masjid Silaturahim Jalan Antariksa dan Ghofar Ismail (68), nazir Masjid Al Hasanah Jalan Teratai memberikan keterangan pada awak media.
“Saya dituduh mereka provokator. Saat itu, saya baru menyalakan kaset bacaan Al Quran sebelum azan Ashar,” ungkap Sumadi, Jumat (19/8/2016).
Setelah menyalakan tape, ia pun pergi ke halaman depan masjid. Saat itu, dua anggota Paskhas langsung menarik tangan Sumadi.
“Saya diseret-seret. Katanya mau dibawa ke kantor. Saya tanya, kenapa saya dibawa ke kantor?” ungkap Sumadi.
Menjawab pertanyaan itu, anggota Paskhas tetap kukuh menarik tangan Sumadi. Ia pun nyaris dipukuli dengan tongkat kayu.
“Setelah saya diseret, ada datang satu orang lagi. Dia bilang, sudah, sudah. Terus saya dikembalikan ke dalam masjid,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Ghofur. Ia mengaku diseret dan sempat dipukuli dengan tongkat kayu.
“Saya hanya melerai lewat mikrofon masjid. Saya minta TNI AUdan warga sama-sama mundur. Setelah saya memberi imbauan, saya keluar. Tapi saya langsung diseret dan dipukuli,” ungkap Ghofur.
Tak hanya dirinya, anak lelakinya bernama Imam Rizki Istiqlal (19) juga disiksa TNI AU. Bahkan, Imam berulangkali dipentungi di bagian kepala dan tubuhnya.
“Mengerikan sekali mereka. Sudah seperti binatang yang mereka buat sama kami. Benar-benar kejam,” kata Ghofur. [AW/Tribun]