JAKARTA (Panjimas.com) – Wasekjen MUI Pusat, Tengku Zulkarnain mengecam aksi kekerasan oknum TNI AU yang menodai masjid.
Berdasarkan informasi yang didapat dari murid-murid Tengku Zulkarnain di lapangan, kejadian itu terjadi di dua masjid.
“Kejadiannya itu di masjid Silaturahim dan Masjid Al Hasanah, jadi ada dua masjid,” kata Tengku Zulkarnain kepada Panjimas.com, Rabu (17/8/2016).
Tengku Zulkarnain yang lama hidup di Medan menuturkan, tanah yang disengketakan pada dasarnya milik Sultan Deli dan sudah ditempati rakyat selama puluhan tahun. Mereka bukan warga illegal, bahkan memiliki kepala lingkungan, hingga camat.
“Karang Sari dan Karang Rejo itu dekat Polonia, Medan itu sudah ditempati rakyat sejak tahun 1950an. Tanah itu milik Sultan Deli. Kemudian TNI AU pakai karena di situ kan ada Bandara Polonia, ada juga yang dipakai rakyat di Desa Karang Sari, Karang Rejo, mereka itu punya kepala lingkungan, Lurah, ada Camatnya, jadi mereka bukan penduduk liar,” jelasnya.
Selain itu, perilaku oknum TNI AU yang masuk masjid tanpa melepas sepatu, menyeret orang dari dalam dan menganiaya secara brutal adalah penodaan terhadap agama Islam.
“Tiba-tiba sekarang dibongkar, sudah dipatok-patok, termasuk masjid sudah dinodai pakai sepatu-sepatu TNI AU,” imbuhnya.
Tengku Zulkarnain mengimbau, aparat seharusnya bekerja membela rakyat, lantaran pakaian yang dikenakan, hingga gaji mereka dibayar dengan uang rakyat. Kemudian, apabila ada persengketaan sudah selayaknya diajukan melalui proses hukum yang berlaku.
“Kalau TNI AU punya sertifikatnya kita urus ke pengadilan, pakai hukum, mereka kan aparat, kok main preman?” ujarnya.
Di sisi lain, Tengku Zulkarnain mensinyalir adanya permainan para taipan Cina di balik aksi perebutan tanah di Polonia, Medan.
“Jangan sampai aparat di Indonesia ini dipakai Cina. Ini TNI AU turun pakai pentungan, menzalimi rakyat, lalu digusur, ujung-ujungnya nanti jadi rumah Cina,” tandasnya. [AW]