BOYOLALI,(Panjimas.com) – Umat Islam dari seluruh dunia pada bulan ini disibukkan dengan ibadah yang istimewa, pertemuan terbesar di Bumi yakni ibadah haji. Namun sayangnya tidak semua orang bisa melaksanakan ibadah haji tersebut, karena haji menuntut kemampuan fisik dan finansial.
Perjalanan haji saat ini tidaklah begitu sulit, asalkan mempunyai uang dan kondisi fisik yang memungkinkan, maka orang tersebut bisa menjalankan ibadah haji. Adakalanya sebagian orang memperoleh kemudahan bisa berhaji, yang kadang kalau dinalar sampai kapanpun merasa hal itu tidak mungkin.
Hal itu pun dialami Widodo (51) seorang tukang bangunan yang bisa berangkat haji tahun ini bersama 5 orang keluarganya. Widodo yang dulunya hanya kuli bangunan tidak pernah menyangka kepikiran bisa berhaji pertama dan sekaligus memberangkatkan istri, dua kakak dan ayah kandungnya.
“Saya berlima, saya, istri dua kakak dan bapak saya tapi ibu nggak, usia bapak saya ini 77 tapi masih ada yang lebih tua di kloter saya usianya 84 tahun” kata Widodo pada Panjimas di masjid Mabrur komplek Embarkasi haji Donohudan, Ngemplak, Boyolali Senin, (15/8/2016).
Widodo calon haji dari Sukoharjo, berangkat bersama kloter 17 yang juga berbarengan dengan Purwadi wakil Bupati Sukoharjo. Dirinya pun sebelum haji sempat umroh bersama keluarganya pada Desember 2014. Padahal Widodo mendaftarkan haji sejak tahun 2010 lalu. Karena dipercaya untuk memegang sebuah proyek, dari situlah Widodo dilebihkan rejekinya untuk bisa menunaikan ibadah haji maupun umroh.
“Saya itu hanya kuli bangunan, tapi karena ini kemurahan Allah, saya bisa dipilih dan dipercaya bisa berhaji. Saya mungkin hanya lulus SD tapi kedekatan saya untuk kontinyu memohon dan istiqomah kepada Allah biar seperti yang lainnya maka saya saat ini bisa berangkat. Alhamdulillah Allah tunjukkan kemurahannya saya dipercaya untuk memegang sebuah proyek” ujarnya.
Limpahan rejeki Widodo tidak hanya digunakan untuk pribadinya, namun menolong sesama, infaq masjid dan permohonan bantuan yang ditujukan padanya selalu dia penuhi. Widodo yang bekerja merantau di wilayah Lampung tersebut, berdomisili di Jatimalang, Rt 01/12, Palur, Mojolaban, Sukoharjo.
Keuletan dan keistiqomahan dalam do’a Widodo diturunkan pada sifat anak-anaknya, ketika umroh pertama, dirinya mengajak anak-anaknya untuk memohon dan berdo’a di depan ka’bah untuk meminta apapun yang menjadi cita-citanya. Rasa syukur dia panjatkan karena anak buruh tani yang jadi tukang bangunan bisa naik haji.
“Alhamdulillah saya bersyukur setelah umroh saya juga mencatat, anak-anak saya waktu saya ajak umroh juga saya dorong untuk berdo’a agar cita-citanya tercapai. Pulang dari umroh sekarang anak pertama sudah keliling Asia, dan insyaAllah bapaknya ini mau berangkat haji dia akan ke Jerman dapat beasiswa” pungkasnya. [SY]