BANDUNG, (Panjimas.com) – Shamsi Ali geram. Imam Besar New York ini mengecam insiden penembakan yang merenggut nyawa teman sejawatnya sesama ulama di Amerika. Shamsi Ali punya analisis mengenai penyebabnya.
Seorang imam salah satu masjid di Quens, New York, Maulama Akonjee (55), meninggal akibat kejadian tersebut. Apa pandangan Shamsi soal dugaan penyebab di balik peristiwa itu?
“Ini bukan pertama kali orang Islam diserang (di Amerika),” ucap Shamsi usai mengisi tablig akbar bertajuk ‘Telling Islam To the World’ di Masjid Salman, Jalan Ganeca, Kota Bandung, Jawa Barat Ahad, (14/8/2016). Demikian dilansir detik.
Nama Shamsi terpandang di mata pemerintah Amerika serta komunitas muslim yang bermukim di negara berjuluk Paman Sam ini. Shamsi merupakan warga Indonesia yang dikenal sebagai imam di Islamic Center of New York dan Direktur Jamaica Muslim Center New York.
Shamsi mengenal sosok Akonjee yang tewas Sabtu sore kemarin, waktu setempat. Polisi sampai saat ini belum mengetahui penyebab kejadian tersebut.
Berkaitan tertembaknya imam masjid tersebut, Shamsi menyebut pemicunya karena imbas sikap calon presiden Amerika, Donald Trump, yang selama ini menggelorakan antiislam. Capres dari Partai Republik itu kerapa berpidato soal kebencian terhadap Islam.
“Salah satu penyebabnya karena retorika politik kebencian yang dilakukan Donald Trump. Pidato-pidatonya anti Islam,” ujarnya
“Retorika anti Islam merupakan kejahatan,” ucap Shamsi menambahkan.
Lebih lanjut Shamsi menuturkan, insiden tertembaknya Maulama Akonjee membuat marah umat Islam di seluruh dunia. Agar peristiwa serupa tak terulang yang menyasar kaum muslim, Shamsi punya pesan penting untuk para politikus Amerika.
“Kejadian ini menjadi pelajaran penting bagi para politikus di Amerika Serikat agar menghentikan retorika politik antiislam. Karena bagaimanapun juga ini membangun kemarahan umat Islam. Saya kira ini anti Amerika, bukan hanya anti Islam,” kata Shamsi.
Menurut Shamsi, selama ini Amerika merupakan negara yang menjadi contoh teladan bagi dunia dalam hal demokrasi dan kebebasan beragama. Maka itu, ujar dia, sepatutnya Amerika mempertahankan imej tersebut tanpa dirusak segelintir orang yang mencoba memecah belah keragaman beragama.
“Retorika-retorika politik yang merusak citra Amerika ini harus dikurangi. Donald Trump bukan hanya merusak citra islam, tapi meruska citra amerika di mata internasional,” tutur Shamsi.
Dia mengaku tak bakal gentar dan tidak merasa takut untuk terus berdakwah menyebarkan Ajaran Islam di Amerika. “Saya enggak waswas. Saya optimistis bahwa Amerika itu negara hukum dan melindungi setiap penduduknya,” kata Shamsi. [RN]