JAKARTA (Panjimas.com) – Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama menolak meminta maaf pada Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Ia merasa tak bersalah atas kemarahan Risma kemarin malam.
Pria yang akrab disapa Ahok itu mengingatkan bahwa pernyataan dalam wawancara dipelintir hingga terkesan mengadu dombanya dengan Risma. Alhasil, ia meminta stafnya untuk mengunggah hasil wawancara kemarin agar publik mengetahui pernyataannya secara lengkap.
“Aku nggak bersalah kok, makanya itu cuma masalah. Coba lihat ya, aku langsung minta Sakti (staf Ahok) diupload biar yang protes lihat. Dia kan nanya, ‘Pak orang bandingin Risma trotoar taman lebih baik’ langsung saya ngomong nah ini contoh dialog. Saya kasih contoh kalau Risma maju di DKI salah satu topik adalah trotoar dan taman,” katanya di Balai Kota, Jumat (12/8).
Sementara itu, ia membantah tudingan membandingkan Surabaya dengan Jakarta Selatan dalam hal luas. Ia mengklarifikasi bahwa perbandingan itu semata dalam bentuk level administratif. Sebab Surabaya dan Jakarta Selatan sama-sama tingkat kota administratif.
“Nah soal banding-bandingin tuh gini, saya bilang bukan luas. Aku juga ngerti kok Jakarta dua kali dari Surabaya. Aku ngerti. Bandinginnya nggak gitu,” ujarnya.
“Wali kota sama Gubernur beda nama lho. Jadi itu yang saya maksud, Surabaya itu setaranya itu kayak Jaksel, kan sama-sama kota,” tambahnya.
Ahok Sebut Ibu Risma Baper
Selain enggan meminta maaf, Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) juga menyalahkan pemberitaan salah seorang wartawan, Danu Damarjati (Jati) hingga membuat Wali Kota Tri Rismaharini marah besar. Dalam pemberitaan Jati, ia menyebut Ahok menyamakan Surabaya dengan Jakarta Selatan.
Padahal, Ahok sempat memuji kinerja Risma membangun trotoar di Surabaya pada wawancara kemarin. Namun Ahok menilai pernyataannya malah dipelintir. Sehingga ia menuding Jati sebagai dalang atas kemarahan Risma padanya.
“Terus gue juga bingung, gara-gara lo (Jati) bu Risma jadi baper, marah, konferensi pers seolah-olah aku diadu domba sama beliau.Kan saya sudah bilang saya senang sekali kalau semua kepala daerah yang berhasil terus nyalon Gubernur. Supaya waktu nyalon gubernur itu terjadilah dialog kinerja, bukan SARA gitu loh,” katanya di Balai Kota, Jumat (12/8).
Ahok menyebut lebih baik beradu argumen soal program di saat kampanye ketimbang isu sara. Ia pun mencontohkan pada Pilgub lalu, salah satu Cagub Alex Noerdin bisa mengedepankan kehebatannya membangun kampung atlet dalam waktu singkat. Sedangkan Ahok ingin menonjolkan kehebatannya mengatasi banjir di Ibu Kota.
“Jadi kalau masing-masing kepala daerah dialog seperti ini, nanti orang yang nonton mikir kan, oh kalau Jakarta pengen punya taman, trotoar bagus kayak Surabaya berarti harus minta bu Risma jadi Gubernur. Saya jawab dong, eh gue juga bisa, cuma kasih gue waktu.Nah ini dialognya jadi baik,” jelasnya. [AW/ROL]