JAYAPURA, (Panjimas.com) – Walau baru akan berlangsung pada Februari 2017 mendatang, gelaran Pilkada Jakarta sudah hangat diperbincangkan. Berbagai elemen mulai dari partai politik, organisasi masyarakat, relawan, hingga komunitas warga memunculkan nama para tokoh yang mereka pandang layak memimpin kota berpenduduk lebih 10 juta jiwa ini.
Selain itu, sudah banyak juga tokoh-tokoh yang menyatakan niatnya meramaikan bursa calon Gubernur dan Wakil Gubenur DKI Jakarta periode 2017-2022. Kondisi ini harus dimanfaatkan warga Jakarta untuk benar-benar memilih memimpin yang tidak hanya punya rekam jejak mumpuni, tetapi juga punya terobosan masuk akal untuk membenahi kompleksitas persoalan Jakarta.
“Jika distilahkan, Jakarta itu magnet. Sangat banyak yang berkepentingan di ibukota ini. Makanya, jika mau kepentingan warga Jakarta di atas semua kepentingan politik, ekonomi, apalagi kepentingan golongan, warga Jakarta harus mengedepankan rasionalitas dalam memilih pemimpin pada pilkada nanti,” ujar Senator Jakarta Fahira Idris, di sela-sela rapat kerja DPD di Jayapura, Papua Kamis, (4/8).
Menurut Fahira, walau saat ini tahapan Pilkada Jakarta masih sangat awal dan nama-nama calon Gubernur dan Wakil Gubenur DKI Jakarta Periode 2017-2022 belum resmi ditetapkan oleh KPU DKI Jakarta, tetapi ada baiknya warga Jakarta sudah mulai mencari tahu rekam jejak nama-nama yang saat ini sudah beredar untuk menakar tindak-tanduknya, apakah punya kapasitas mengurai solusi persoalan Jakarta.
Selain macet dan banjir yang memang jadi ‘isu abadi’, warga Jakarta, lanjut Fahira, sudah mulai bisa menggali apa komitmen dan solusi dari tokoh-tokoh ini untuk isu yang lebih spesifik misalnya soal reklamasi Teluk Jakarta, penanganan sampah, normalisasi sungai yang disertai penggusuran, penyerapan APBD yang rendah, kesenjangan yang semakin menganga dan angka kemiskinan yang terus naik, data aset milik Pemprov DKI Jakarta yang masih amburadul, perlindungan anak dan perempuan, termasuk ancaman bencana ekologis yang mengancam Jakarta serta berbagai isu spesifik lainnya.
“Persoalan-persoalan ini yang ada di depan mata dan sedang dihadapi warga Jakarta sekarang, makanya penting untuk digali. Pandangan dan solusi dari mereka inilah yang menjadi dasar warga Jakarta memilih pemimpin, jadi benar-benar rasional,” ujar Fahira yang mengakui saat ini bersama jaringan relawannya sedang mencermati nama-nama yang bakal meramaikan bursa Pilkada Jakarta 2017.
Fahira mengungkapkan, Jakarta butuh pemimpin yang bukan hanya sekedar punya integritas, jiwa melayani, jujur, dan antikorupsi, tetapi pemimpin yang mampu membuka ruang dialog dan bisa menggerakkan warganya untuk membangun kotanya, bukan malah meminggirkan warganya dalam proses pembangunan.
“Antusias warga Jakarta dalam menyambut Pilkada dengan memunculkan nama-nama calon pemimpinnya, mudah-mudahan berbuah manis di mana gubernur yang nanti terpilih benar-benar mengikutsertakan rakyat dalam proses pembangunan dan merasakan hasil dari pembangunan itu,” harap Fahira yang saat Pemilu 2014 terpilih menjadi senator dengan mendulang suara terbanyak (511.323 suara) dan sudah menyatakan diri tidak berminat maju dalam Pilkada Jakarta mendatang. [RN]