TOULOUSE, (Panjimas.com) – Kekhawatiran akan serangan-serangan anti-Muslim di Perancis meningkat, menyusul pembakaran terhadap sebuah Masjid di Toulouse. Aksi pembakaran Masjid di Toulouse ini diduga kuat merupakan aksi pembalasan atas serangan terhadap seorang Pastor di Gereja Katolik Roma di Saint-Etienne Du Rouvray oleh dua pemuda 19 tahun yang mengaku sebagai anggota ISIS.
Pembakaran itu sengaja dilakukan sebelum matahari terbit pada sebuah Masjid yang sedang dibangun di Toulouse, hari Rabu (27/07), tetapi untungnya tidak ada korban yang terluka akibat pembakaran Masjid itu, dilansir oleh Daily Express mengutip pernyataan Kepolisian Toulouse.
Pastor Jacques Hamel tewas pada serangan sebuah Gereja Katolik Roma pada hari Selasa (26/07) di kota Saint Etienne du Rouvray, Normandia, Perancis. Aksi Serangan di Normandia ini kembali mengguncang publik Perancis, yang baru saja terkejut akibat serangan sebelumnya di Nice pertengahan Juli lalu pada perayaan Hari Bastille yang menewaskan 84 jiwa.
Kepolisian masih mencari tersangka kedua dalam serangan Normandia setelah menembak mati salah satu penyerang saat mereka muncul di dekat Gereja Katolik itu setelah melakukan penyerangan.
Marine Le Pen, pemimpin kubu sayap kanan Prancis, mengatakan dirinya takut dan khawatir bahwa Perancis akan terkena “serangan teroris lanjutan” musim panas ini.
ISIS dengan segera mengaku bertanggung jawab atas kedua serangan baik serangan di kota Nice maupun serangan di kota Saint-Etienne Du Rouvray, Normandia.
Marine Le Pen mengatakan para ekstremis yang merupakan “tentara” mereka akan melaksanakan pekerjaan-pekerjaan kelompok teror.
Para pemimpin Muslim Perancis segera menanggapi tak lama setelah aksi serangan Gereja di Normandia, dan mengutuk serangan itu.
Dalil Boubakeur, Rektor Masjid Agung di Paris, mengatakan serangan itu adalah “penistaan yang menghujat, dan ini bertentangan dengan semua ajaran agama kami”.
Paus Katolik Roma, Francis mengatakan bahwa “dunia kini sedang berperang” dan agama tidak perlu disalahkan seperti itu, ini adalag “perang kepentingan, untuk uang, dan sumber daya”.
Perdana Menteri Perancis, Manuel Valls mengatakan ekstrimis bertujuan untuk “mengatur rakyat Prancis berkonflik satu sama lain dan menyerang agama untuk memulai sebuah dalih keagamaan”.
Surat Kabar terkemuka Prancis, Le Monde, mengatakan tujuan kelompok teror adalah untuk membuat hidup menjadi sangat tidak nyaman bagi kaum Muslim Perancis, sehingga mereka akan berakhir dengan bergabung ke ISIS.
Pemerintah Sosialis Perancis telah dikritik karena gagal untuk bertindak atas informasi intelijen yanga ada, Kepolisian Peranis meyakini tersangka kedua yang belum tertangkap dari serangan gereja Normandia adalah orang yang sama yang mereka telah buru sejak pekan lalu.
Perancis adalah rumah bagi populasi Muslim terbesar di Eropa, dengan lebih dari 5 juta Muslim disana dari total penduduk Perancis sebanyak 66 juta. Inggris memiliki lebih dari 3 juta Muslim dari total 64.1 juta penduduk.
Perhatian sekarang difokuskan terhadap keamanan di 54.000 Gereja di Perancis, petugas polisi segera meningkatkan patroli di Gereja Basilika Saint-Denis, di mana beberapa Raja Perancis dimakamkan disana- Gereja Basilika Saint-Dennis juga terletak di dekat daerah Muslim di Paris utara.[IZ]