PALU (Panjimas.com) – Ummu Khansa (30), terlihat tegar meski sedang dirundung duka atas wafatnya sang suami tercinta, Mukhtar Huruji (29). Suaminya wafat bersama Santoso, Amir Mujahidin Indonesia Timur (MIT), saat baku tembak dengan aparat di Tambarana, Poso, Sulawesi Tengah, pada Senin (18/7/2016).
Awalnya, Ummu Khansa tak percaya bila yang meninggal dunia itu adalah suaminya. Hal itu karena informasi yang beredar masih simpang siur.
“tapi, firasat merasa kehilangan itu ada. Sehingga sudah dipersiapkan, bahwa cepat atau lambat ini pasti akan terjadi,” ujar Ummu Khansa kepada Panjimas.com, yang mengunjunginya Kamis (21/7/2016).
Memang, tak banyak yang tahu, siapa sosok Mukhtar yang bergabung bersama MIT. Namun, sang istri almarhum menceritakan sekelumit tentang pria asal Palu, kelahiran Sabang, 26 September 1985 tersebut.
“Suami saya orangnya pendiam, jarang bicara, kemauannya keras untuk mati syahid. Dalam kesehariannya dia jarang di rumah, setiap keluar rumah dia pamit urusan umat,” tutur ibu dua anak tersebut.
Selama hidup, Mukhtar sehari-hari bekerja serabutan, kadang berdagang, kadang pula ia bekerja sebagai tukang bangunan.
Seingat Ummu Khansa, ia berhubungan dengan suaminya sekitar dua tahun lalu. Setelah itu, ia tak pernah lagi bertemu.
Meski telah menjadi DPO dan diburu aparat lantaran dituduh sebagai teroris, namun di mata keluarga, Mukhtar adalah sosok yang sangat penyayang kepada istri dan anak-anaknya.
“Kalau di rumah dia suka bercengkerama dengan keluarga, karena memang dia jarang di rumah, makanya kalau di rumah dia kumpul sama keluarga, suka bercerita-cerita,” tuturnya.
Saat bercengkerama bersama keluarga itulah, Mukhtar juga sering memberikan nasihat kepada istrinya.
“Selalu nasihatnya itu mengedepankan tentang tauhid, bersikap sebagaimana istrinya para mujahid. Lalu dia bilang, karena kita sudah memilih ini jalan, harus diteruskan sampai akhir. Kemudian kalau kita mementingkan akhirat, insya Allah dunia mengikuti,” jelasnya.
Bagi Ummu Khansa, Mukhtar adalah suami yang shalih, sehingga kematian Mukhtar bukan membuatnya larut dalam kesedihan, melainkan bangga.
“Yang jelas bangga, jual belinya dengan Allah sudah diterima. Cita-citanya, meninggal dengan cara itu sudah dia dapatkan,” ucapnya. [AW]