ISTANBUL, (Panjimas.com) – “Fetullah Gulen, pemimpin dibalik upaya kudeta Turki yang digagalkan, telah bekerja untuk CIA, Badan Pusat Intelijen Amerika Serikat (AS)”, demikian pernyataan Vyaceslav Nikonov, Anggota Parlemen Rusia dari Negara Bagian Duma, yang juga menjabat sebagai Kepala Dewan Pendidikan Duma, dilansir oleh Yeni Safak.
“Gulen bekerja untuk CIA, karena itu, AS tidak akan mengekstradisi Gulen,” kata Nikonov dalam pidatonya pada saluran televisi Rusia.
“Mantan Staff [operator Intelijen] CIA, George FIDAS dan Graham Fuller bersama dengan Morton Abramowitz, mantan Duta Besar AS untuk Turki, adalah orang-orang yang mencoba untuk membantu Gulen, yang permohonan Green Card-nya [Kewarganegaraan AS] ditolak,” kata Nikonov.
“Bangsa Turki berperang melawan upaya kudeta dengan cara yang heroik. Pihak-pihak yang berusaha melakukan kudeta di Turki juga bertanggung jawab atas kudeta di Ukraina yang bertujuan memicu kekacauan di Rusia,” tambah Nikonov.
Sementara itu, Direktur Pusat Studi Oriental dan Internasional, Turcologist Vladimir Avatkov, mengatakan bahwa langkah Presiden Turki, Erdogan untuk membersihkan institusi-institusi Turki dari orang-orang yang terkait dengan organisasi teroris PDY/FETO mungkin akan bermanfaat bagi hubungan Turki-Rusia.
“Langkah Erdogan adalah sesuai dengan kepentingan-kepentingan Rusia. Di Turki, ada pihak oposisi Amerika yang serius. Rusia harus mengambil keuntungan dari situasi ini. Jika Turki meninggalkan ambisi neo-Ottoman-nya, hubungan Turki dan Rusia dapat diperkuat” kata Avatkov.
Fetullah Gulen, yang tinggal di negara bagian Pennsylvania, di wilayah timur laut AS, diindikasikan bertanggung jawab atas upaya kudeta 15 Juli, di mana 246 orang, termasuk sejumlah besar warga sipil, menjadi martir.
Gulen telah mengejar kampanye yang berjalan lama untuk menggulingkan pemerintahan melalui infiltrasi-nya di negara Turki, khususnya di militer, polisi dan peradilan, membentuk apa yang disebut “paralel state”. [IZ]