NEW YORK, (Panjimas.com) – Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) pada hari Senin (25/07/2016) mendesak diberlakukannya 48 jam (2 hari) gencatan senjata di Aleppo, Suriah, di mana ratusan ribu warga terjebak dalam pengepungan karena pertempuran yang sedang berlangsung antara kelompok oposisi dan pasukan rezim Assad.
”Saya tidak bisa cukup menekankan betapa pentingnya situasi di sebelah timur Aleppo”, kata Stephen O’Brien, kepala Urusan Kemanusiaan PBB [UN Humanitarian Chief], mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB.
Para petugas yang mengurusi bantuan kemanusiaan harus diberikan akses ke kota Alepppo untuk merawat warga-warga yang sakit dan mereka yang membutuhkan, kata O’Brien, Ia melaporkan kepada Dewan Keamanan PBB untuk dapat membantu memfasilitasi kebutuhan menghentikan permusuhan sementara dan membuka akses bantuan kemanusiaan ke kota Aleppo.
Duta Besar Inggris untuk PBB, Matthew Rycroft mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa negaranya [Inggris] mendukung seruan untuk gencatan senjata di Aleppo, dan menekankan bahwa wilayah timur Aleppo seluruhnya telah dikepung oleh pasukan rezim Assad, sehingga menjebak 300.000 penduduknya.
”Kita tidak bisa menyembunyikan diri di balik pintu tertutup; kita tidak bisa tinggal diam dalam menghadapi barbarisme seperti ini… ratusan warga sipil dibunuh dan terluka dalam serangan dari udara dan darat … ratusan ribu lebih sekarang sedang menderita dalam krisis kemanusiaan yang terus berkembang, ” kata Dubes Inggris, Matthew Rycroft.
Rycroft mengatakan ia menerima surat pada hari sebelumnya dari seorang dokter di Rumah Sakit Khusus Anak di Aleppo yang mengatakan, “jika tidak ada yang dilakukan, kami pasti akan segera menghadapi kematian”.
Sejak awal 2011, wilayah Suriah telah menjadi medan pertempuran, ketika rezim Assad menumpas aksi protes pro-demokrasi dengan keganasan tak terduga — aksi protes itu 2011 itu adalah bagian dari rentetan peristiwa pemberontakan “Musim Semi Arab” [Arab Spring].
Sejak saat itu, lebih dari seperempat juta orang telah tewas dan lebih dari 10 juta penduduk Suriah terpaksa mengungsi, menurut laporan PBB.
Sementara itu Lembaga Pusat Penelitian Kebijakan Suriah (Syrian Center for Policy Research, SCPR) menyebutkan bahwa total korban tewas akibat konflik lima tahun di Suriah lebih mencapai angka dari 470.000 jiwa. [IZ]