ANSBACH, (Panjimas.com) – Seorang pria berusia 27 tahun asal Suriah yang menolak suaka di Jerman tahun lalu, dilaporkan meninggal pada hari Ahad, (24/07/2016) ketika ia meledakkan bom di luar kerumunan sebuah festival musik ramai di Bavaria, dilansir oleh Reuters.
Serangan bom di Ansbach ini merupakan tindak kekerasan keempat di Jerman dalam waktu kurang dari seminggu, kata seorang pejabat senior negara bagian Bavaria.
Kepolisian Jerman mengatakan 12 orang dilaporkan menderita luka-luka, termasuk diantaranya tiga orang yang mengalami luka serius, dalam serangan bom di Ansbach.
Ansbach adalah sebuah kota kecil berpenduduk sekitar 40.000 orang di bagian barat daya Nuremberg yang juga merupakan daerah basis pangkalan Angkatan Darat AS.
Insiden ledakan bom di Ansbach ini tentunya akan memicu berkembangnya kegelisahan bagi masyarakat Jerman, terutama dengan kebijakan pintu terbuka bagi pengungsi daerah Konflik oleh Kanselir Angela Merkel, di mana lebih dari satu juta imigran telah memasuki Jerman selama tahun 2015, banyak dari para pengungsi merupakan warga yang melarikan diri dari peperangan di Afghanistan, Suriah dan Irak.
“Ini mengerikan … bahwa seseorang yang datang ke negara kami untuk mencari perlindungan, kini telah melakukan perbuatan keji tersebut dan melukai sejumlah besar orang-orang yang berada di sini [Jerman], beberapa mengalami luka serius,” kata Menteri Dalam Negeri Bavaria, Joachim Herrmann, kepada wartawan saat mengadakan konferensi pers pada Senin pagi (25/07).
“Ini merupakan serangan mengerikan lanjutan yang akan meningkatkan kekhawatiran keamanan bagi warga negara kami. Kami [Pemerintah] harus melakukan segala kemungkinan untuk mencegah penyebaran kekerasan seperti ini di negara kami oleh orang-orang yang datang ke sini untuk meminta suaka,” kata Hermann.
Herrmann mengatakan tidak jelas apakah pria asal Suriah itu telah merencanakan untuk membunuh dirinya sendiri ataukah memang berniat “mengambil nyawa orang lain mengikuti kematiannya”, ujar Hermann.
Serangan Ansbach ini adalah insiden kekerasan keempat di Jerman dalam seminggu terakhir, termasuk penemabakan sembilan orang oleh pemuda berkewarganegaraan Iran-Jerman berusia 18-tahun di Munich pada Jumat (22/07), yang menurut Kepolisian Munich memiliki riwayat sakit mental dan kejiwaan..
Hermann mengatakan bahwa pria 27 tahun asal Suriah itu, identitasnya belum dapat dirilis ke publik, Ia diketahui telah hidup di kota Ansbach untuk beberapa waktu. Meskipun aplikasi suakanya telah ditolak oleh pemerintah Jerman, ia tidak dalam bahaya untuk sgera dideportasi.
Menteri Dalam Negeri Bavaria itu juga mengatakan bahwa dirinya tidak bisa mengecualikan kemungkinan serangan yang terinspirasi oleh kelompok Islamis, Hermann juga mencatat bahwa ransel pria itu penuh dengan bahan peledak dan bagian-bagian logam yang sudah cukup untuk dapat membunuh lebih banyak orang.
Hermann mengatakan bahwa penyidik akan bekerja tanpa lelah untuk menyelidiki serangan tersebut dan berupaya sepenuhnya memahami motif pria itu.
Seorang pejabat intelijen AS, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan bahwa penyidik Jerman akan fokus pada apa yang pelaku serangan bom itu lakukan sebelum ia meninggalkan Suriah, mengapa ia ditolak permohonan suaka-nya, dan apakah percobaan serangan itu memiliki motif pribadi atau politik.
Herrmann mengatakan pria itu tampaknya telah ditolak masuk ke dalam festival musik Ansbach [Ansbach Open music Festival] sesaat sebelum ledakan terjadi. Berdasarkan pantauan di lapangan, ledakan itu terjadi di luar sebuah restoran bernama Eugens Weinstube.
Lebih dari 2.000 orang kemudian telah diungsikan dari festival musik Ansbach setelah ledakan terjadi, kata polisi. Sebuah area yang luas di sekitar lokasi ledakan tetap diblokir beberapa jam kemudian.
Warga Ansbach, Thomas Debinski mengatakan bahwa orang-orang panik ketika mereka mendengar ledakan, terutama setelah peristiwa seminggu terakhir.
“Tiba-tiba Anda mendengar ledakan keras, bang!! benar-benar keras suaranya, itu seperti suara bom meledak, pastilah ledakan,” kata Thomas. “(Orang-orang) pasti panik.”
Debinski mengatakan sesuatu segera menjadi jelas bahwa seseorang telah memicu ledakan bom di sebuah ransel.
Sebelumnya pada hari Minggu pagi (24/07), seorang pengungsi Suriah berusia 21 tahun ditangkap setelah ia diduga membunuh seorang wanita hamil dan melukai dua orang lainnya menggunakan parang di wilayah barat daya kota Reutlingen, dekat kota Stuttgart.
“Setelah apa yang baru saja terjadi di Munich, dan hari ini di Reutlingen, apa yang Anda dengar tentang itu sangatlah mengganggu, ketika Anda tahu bahwa hal seperti itu bisa terjadi begitu dekat dengan Anda, di sebuah kota kecil seperti Ansbach,” kata Debinski.
Sebagaimana diberitakan panjimas sebelumnya bahwa, seorang pria asal Pakistan dengan menggunakan kapak telah melukai lima orang di dekat Wuerzbuerg, 4 diantaranya wisatwan Hongkong juga di wilayah Jerman selatan, sebelum kemudian ia ditembak mati oleh petugas polisi seminggu yang lalu.
Islamic State (IS) telah mengklaim kelompoknya bertanggung jawab atas serangan kapak pada tanggal 18 Juli di Wuerzbuerg. Kelompok ini juga mengaku bertanggung jawab atas serangan 14 Juli Perancis, di mana seorang pria Tunisia melaju dengan truk pada perayaan Bastille Day di kota Riviera, Nice, Perancis. [IZ]