BERLIN, (Panjimas.com) – “Jerman kemungkinan akan menghadapi serangan-serangan kembali”, demikian pernyataan Menteri Dalam Negeri pada hari Rabu (20/07/2016), meskipun ia pun membantah adanya hubungan antara kebijakan pemerintah membuka pintu terhadap para pengungsi dengan insiden serangan hari Senin, (18/07) di sebuah kereta api di Bavaria.
Kubu Partai anti-imigran Alternative for Germany (AFD) telah memanfaatkan serangan kereta Senin itu untuk mengkritik kebijakan imigran Kanselir Angela Merkel, di mana sebanyak 1,1 juta orang telah masuk ke Jerman pada tahun 2015, kebanyakan dari mereka adalah para pengungsi dari negara-negara konflik seperti Suriah dan lainnya.
“Anda tidak bisa mengatakan, tidak ada hubungan antara pengungsi dan terorisme, akan tetapi bahaya tetap menjadi lebih tinggi dari sebelumnya dan akan tetap tinggi, terlepas dari pertanyaan-pertanyaan tentang kebijakan pengungsi,” kata Menteri Dalam Negeri Jerman, Thomas de Maiziere.
Seorang pemuda berusia 17-tahun yang telah mencari suaka di Jerman ditembak mati oleh Kepolisian setelah ia melukai empat orang wisatawan asal Hong Kong yang sedang bepergian di kereta dekat kota Wuerzburg dan melukai wanita lain saat ia mencoba melarikan diri TKP.
Pelaku penyerangan di Kereta itu sebelumnya dianggap merupakan warga Afghanistan, namun Medagri, de Maiziere, mengatakan pada hari Rabu (20/07) bahwa ada indikasi dia [pelaku] berasal dari Pakistan. Para pejabat Jerman telah mengatakan penyerang datang ke Jerman seorang diri tanpa pendamping dan terdaftar sebagai pengungsi pada bulan Juni 2015 di Passau di perbatasan Austria.
Serangan kereta itu datang hanya empat hari setelah serangan truk menghantam kerumunan orang di kota Nice, Perancis pada saat perayaan Hari Bastille yang menewaskan 84 jiwa. Kelompok Islamic State (IS) telah mengklaim bertanggungjawab atas kedua serangan, walaupun bukti-bukti terkait kontak langsung antara pelaku dengan IS dalam serangan Nice di Perancis belum terungkap.
De Maiziere mengatakan pemerintah Jerman telah memperkenalkan berbagai langkah untuk meningkatkan keamanan di negara itu tahun lalu, namun Ia memperingatkan bahwa Jerman harus menguatkan diri untuk menghadapi serangan lebih lanjut.
“Seperti beberapa negara-negara Uni Eropa, dan seperti seluruh negara yang tergabung dalam Uni Eropa, Jerman juga menjadi daerah sasaran terorisme internasional …ini situasi yang serius,” kata de Maiziere kepada wartawan.
Penyelidikan sejauh ini menunjukkan bahwa penyerang kereta telah menjadi penyerang “lone wolf” (jenis serangan seorang diri) yang telah didorong oleh propaganda IS, kata de Maiziere.
Kepolisian Jerman telah menemukan sebuah bendera Islamic State (IS) yang dibuat dengan kuas lukis di kamar pelaku, selain itu ditemukan pula surat yang tampaknya telah ditulis oleh pelaku untuk ayahnya. Seorang petugas yang mengatakan telah membaca surat itu mengatakan isinya adalah “Dan sekarang doakanlah saya!, bahwa saya dapat membalas dendam pada orang-orang kafir, doakan saya agar saya dapat masuk ke surga”.
Islamic State (IS) telah mengunggah sebuah video, yang dijelaskan oleh de Maiziere sebagai video otentik, di mana seorang pria yang mengidentifikasi dirinya sebagai pengungsi telah bersumpah untuk melaksanakan misi penyerangan dan mendesak orang lain untuk melakukan hal yang sama.
Tidak jelas bagaimana pemuda itu dapat menjadi radikal. Dia tinggal dengan keluarga angkat di Jerman dan memiliki pekerjaan paruh waktu di sebuah toko roti.
De Maiziere mengatakan warga Jerman harus terbiasa dengan rekaman pengawasan video-video dan banyaknya petugas polisi di jalan-jalan, dan Mendagri Jerman itu juga mendesak Masjid-Masjid untuk membantu Muslim berintegrasi.
“Kami perlu kerja sama secara aktif dengan Muslim yang tinggal di sini, termasuk jamaah Masjid yang ada di sini. Mereka juga harus memberikan kontribusi untuk integrasi, untuk pencegahan dan mencegah proses radikalisasi awal,” kata De Maiziere. [IZ]