GAZA, (Panjimas.com) – Kementerian Urusan Sosial Palestina pada hari Selasa (19/07/2016) mulai mendistribusikan bantuan kemanusiaan Turki untuk keluarga-keluarga miskin yang tinggal di wilayah Jalur Gaza, dilansir oleh AA.
“Bantuan tersebut akan disalurkan dalam beberapa tahap, kami menargetkan keluarga miskin, anak yatim dan kelompok-kelompok yang membutuhkan lainnya,” kata Wakil Kementerian Sosial, Youssef Ibrahim saat konferensi pers di Kota Gaza.
Ibrahim mengatakan tahap pertama dari distribusi bantuan akan mencakup 11.000 keluarga miskin Gaza.
Youssef mengatakan pihaknya akan bertanggung jawab untuk menyalurkan tiga perempat (3/4) dari total bantuan kemanusiaan, sedangkan Turki Red Crescent Society akan mengawasi distribusi (1/4) total bantuan yang tersisa.
Sementara itu, Resit Bastug, anggota dari Turkish Red Crescent Society (Bulan Sabit Merah Turki), mengatakan Turki berupaya keras untuk memberikan bantuan kepada rakyat Palestina.
“Kami telah mengirimkan paket bantuan kepada rakyat Palestina di Gaza dan kami akan mengirimkan bantuan-bantuan lainnya,” kata Bastug.
Sejak tahun 2007, rakyat Palestina di wilayah Jalur Gaza telah menderita di bawah blokade Israel-Mesir yang telah merampas akses-akses kebutuhan dasar dari 1,9 juta penduduk disana, terutama akses makanan, bahan bakar, obat-obatan dan persediaan konstruksi .
Pada tanggal 3 Juli, Kapal bantuan Turki “Lady Leyla” berlabuh di pelabuhan milik Israel, Ashdod, membawa sekitar 11.000 ton bantuan kemanusiaan – termasuk makanan, pakaian dan mainan bagi anak-anak – untuk rakyat Gaza.
Bantuan kemanusiaan Turki kepada rakyat Gaza datang dalam konteks kesepakatan yang ditandatangani antara Turki dan Israel di Roma, Italia, yang mana kedua belah pihak sepakat untuk memulihkan hubungan diplomatik setelah absen enam tahun lamanya.
“Mereka di ibukota masing-masing”, kata PM Yildirim pada konferensi pers di Istana Cankaya di Ankara, Turki.
Hubungan diplomatik antara Turki dan Israel rusak setelah kapal bantuan kemanusiaan untuk rakyat Gaza, Mavi Marmara, diserbu oleh pasukan Israel pada bulan Mei tahun 2010.
Berdasarkan kesepakatan, yang dijadwalkan akan ditandatangani pada hari Selasa (28/06/2016), Israel akan membayar kompensasi sebanyak $ 20 juta dollar sebagai ganti rugi kepada para keluarga korban kapal Mavi Marmara.
“Para kerabat korban, warga negara kami yang kehilangan nyawa mereka dalam insiden Mavi Marmara akan mendapatkan kompensasi, yang totalnya akan mencapai $ 20 juta dollar,” kata PM Yildirim.
Sebuah kapal bantuan milik Turki yang membawa 11.000 ton pasokan bantuan sedang menuju jalur Gaza, Palestina dan akan menuju ke pelabuhan Israel Ashdod pada hari Jumat mendatang (01/07), ia menambahkan.
Perdana Menteri Turki itu juga mengatakan bahwa kedua pemerintah memiliki peranan besar dalam normalisasi hubungan di seluruh wilayah dengan sepenuhnya melaksanakan kesepakatan tersebut.
Negosiator Turki dan Israel bertemu pada putaran akhir perundingan di Roma pada hari Minggu (26/06/2016), demikian menurut seorang pejabat Turki yang berbicara dengan syarat anonimitas.
Pejabat itu mengatakan bahwa Israel menerima sejumlah permintaan Turki, termasuk kompensasi dan kehadiran bantuan kemanusiaan Turki di wilayah Jalur Gaza, yang telah berada di bawah blokade Israel sejak tahun 2007.
Dengan normalisasi hubungan diplomatik ini, pihak Turki selanjutnya mendapatkan akses untk mengirimkan bantuan kemanusiaan dan memulai proyek-proyek infrastruktur di Gaza seperti misalnya pembangunan perumahan dan pembangunan rumah sakit dengan fasilitas 200 tempat inap.
Isi Kesepakatan Israel-Turki
Mengutip laporan Haaretz, menurut pejabat senior Israel yang terlibat dalam proses negosiasi di Roma, kesepakatan Israel-Turki meliputi :
* Turki berkomitmen untuk mengeluarkan undang-undang yang akan memberikan perlindungan dan menghindari semua tuntutan hukum terhadap pihak militer Israel [IDF, Israel Defence Forces] yang bertanggung jawab atas penyerbuan kapal Mavi Marmara tahun 2010, dan ini membutuhkan janji dari pihak Turki sebagai kompensasi bagi Israel dalam hal klaim hukum di masa depan.
* Israel akan membayarkan dana kemanusiaan sebanyak $ 20 juta dollar sebagai kompensasi untuk para keluarga korban dari warga Turki yang tewas maupun yang menderita luka-luka dalam serangan kapal Mavi Marmara, yang merupakan bagian dari armada kemanusiaan ke Gaza bulan Mei 2010. Berdasarkan perjanjian tersebut, uang hanya akan ditransfer Israel setelah undang-undang yang tercantum dalam kesepakatan Bagian 1 disetujui dan diterapkan. Jumlah kompensasi keluarga korban tersebut telah disepakati pada dua tahun yang lalu dan tidak berubah.
* Turki mengalah pada soal tuntutannya kepada Israel untuk menghapus blokade laut di Jalur Gaza dan pada dasarnya Turki mengakui bahwa setiap bantuan kemanusiaan yang akan diberikan ke warga Gaza harus melalui proses screening dari pihak Israel di Pelabuhan Ashdod.
* Israel akan mengizinkan Turki untuk membangun proyek-proyek infrastruktur di Gaza seperti Rumah Sakit, Pembangkit Listrik dan Pabrik Desalinasi (penyulingan air laut). Israel berkomitmen untuk mengizinkan Turki untuk mentransfer bantuan kemanusiaan tak terbatas dan peralatan-peralatan ke Gaza selama itu melewati pelabuhan Ashdod.
* Israel dan Turki akan menormalkan hubungan bilateral kedua negara. Tingkat perwakilan diplomatik akan dihidupkan kembali; Duta Besar akan ditunjuk untuk Tel Aviv dan Ankara, serta semua pembatasan kerjasama intelijen diplomatik, keamanan, maupun kerjasama militer pun akan dicabut.
* Pada bulan Maret tahun 2013, Israel meminta maaf atas pembunuhan sembilan warga Turki dalam serangan oleh pasukan komando Angkatan Laut IDF (Israel Defence Forces). Permintaan maaf, disampaikan oleh Netanyahu melalui panggilan telepon ke Presiden Reccep Tayyip Erdogan, ini merupakan salah satu kondisi yang diiinginkan Turki dan telah ditetapkan untuk memulihkan hubungan kembali.
“Mereka [Turki] ingin kita [Israel] untuk menghapus blokade atas Gaza, tapi kami [Israel] menolak hal itu,” kata pejabat senior Israel.
“Tapi kami [Israel] sepakat untuk membantu penduduk Gaza. Kebijakan kami adalah untuk membedakan antara penduduk Gaza dan Hamas. Ada tanda-tanda mengkhawatirkan bahwa infrastruktur-infrastruktur di Gaza kondisinya semakin kolaps [runtuh]. Pada akhirnya, kami merasa terluka akan hal ini, sehingga kepentingan kami untuk menangani Gaza dan kami juga ingin negara-negara lain untuk membantu.”
Untuk diketahui, bagian utama dari perjanjian Israel-Turki ini memiliki dua lampiran. Tawaran pertama adalah permintaan Israel untuk menutup markas militer Hamas di Istanbul yang mana dari markas Istanbul itulah, Israel mengklaim perlawanan terhadap Israel di wilayah Tepi Barat dikomandoi dan direncanakan. [IZ]