NICE, (Panjimas.com) – Hari Sabtu (16/07/2016) sebagaimana diberitakan Amaq News Agency, Islamic State (IS) mengaku sebagai pihak yang bertanggung jawab atas insiden serangan truk pada saat perayaan Bastille di kota Nice, Perancis.
Pasca insiden serangan truk yang menewaskan sedikitnya 84 jiwa saat perayaaan Hari Bastille di kota Nice itu, pihak Kepolisian Perancis telah menangkap tiga orang sehubungan dengan aksi serangan itu, dilansir oleh Reuters.
“Orang yang melakukan operasi di Nice, Prancis, dengan menabrak kerumunan orang adalah salah satu tentara Islamic State (IS),” demikian menurut kantor berita Amaq yang diketahui berafiliasi dengan kelompok IS melalui akun Telegram-nya.
“Dia melakukan operasi setelah merespon panggilan untuk menargetkan warga dari negara-negara yang merupakan bagian dari koalisi negara yang memerangi Islamic State (IS).”
Pihak berwenang Perancis belum menghasilkan bukti bahwa pelaku serangan [Mohamed Lahouaiej Bouhlel] asal Tunisia berusia 31 tahun, yang kemudian ditembak mati oleh Kepolisian Perancis dalam serangan itu, telah secara tiba-tiba berubah menjadi Islam radikal. Namun demikian, Menteri Dalam Negeri Bernard Cazeneuve mengatakan bahwa Mohamed Lahouaiej Bouhlel mungkin telah mengalami perubahan yang sangat cepat.
“Tampaknya ia berubah menjadi radikal dengan sangat cepat – dalam hal apapun ini – ini merupakaan pernyataan-pernyataan yang datang dari kesaksian orang-orang yang tinggal disekitarnya [Bouhlel],” jelas Cazeneuve kepada wartawan.
Berbicara dari kota asalnya di Tunisia, adik kandung Bouhlel mengatakan kepada Reuters bahwa Bouhlel telah mengalami masalah psikologis ketika ia berangkat ke Perancis pada tahun 2005.
Kerabat dan teman-teman lain Bouhlel yang diwawancarai di Nice meragukan bahwa ia [Bouhlel[ merupakan kader Islam yang militan dan loyal.
Penangkapan hari Sabtu (16/07) bersangkutan dengan “rombongan yang diduga terkait”, kata sumber Kepolisian Perancis. Dua orang lainnya, termasuk istri penyerang, juga telah ditahan.
Bouhlel telah tinggal di Perancis selama 10 tahun dan tinggal selayaknya sebagai seorang penduduk lokal.
Dia melaju ke arah kerumunan di kota Riviera pada Kamis malam (14/07), secara zig-zag di sepanjang jalanann sekitar pinggir laut Promenade des Anglais sejauh dua kilometer seaat perayaan kembang api menandai berakhirnya hari nasional Perancis, sampai kemudian petugas polisi akhirnya menembak dirinya.
Departemen Kesehatan mengatakan hingga kini 121 orang masih dirawat di Rumah Sakit, termasuk diantaranya 30 anak-anak. Diketahui, 26 orang masih dalam perawatan intensif.
Serangan Truk yang menghantam Perancis itu memupuk kesedihan mendalam dan ketakutan baru yang hanya berjarak delapan bulan setelah sekelompok pria bersenjata menewaskan 130 orang di Paris. Selain itu, serangan pada bulan Januari 2015 terhadap koran satir yang mempromosikan kebencian terhadap Islam, Charlie Hebdo dan Supermarket Yahudi juga sebelumnya telah diklaim oleh Islamic State (IS).
Pemberlakuan keadaan darurat [state of emergency] diterapkan di lokasi kejadian dan penerapannya telah diperpanjang selama tiga bulan. Pada hari Sabtu, (16/07) Mendagri Cazeneuve menyerukan “warga patriotik” Perancis untuk berkontrbusi sebagai kelompok penyokong cadangan sehingga dapat membantu meringankan pasukan keamanan Perancis yang kelelahan.
Bouhlel dalam catatan Kepolisian diketahui pernah melakukan kejahatan kecil tapi dirinya tidak ada dalam daftar diduga tersangka militan garis keras. Bouhlel memiliki punya satu daftar kriminal karena aksi kemarahannya di jalan, ia kemudian telah dijatuhi hukuman percobaan tiga bulan lalu akibat telah melemparkan palet kayu ke supir mobil lain di jalanan.
Edwin Bakker, Profesor di Pusat Terorisme dan Kontraterorisme di Universitas Leiden di Belanda, mengatakan klaim Islamic State (IS) tidak selalu mengarah ke jaringan formal.
“Islamic State (IS) menyeruka jenis serangan (individu) tersebut yang dilakukan kembali pada tahun 2014. Mereka juga menggunakan persepsi publik bahwa serangan seperti ini tampaknya merupakan serangan Islamic State (IS).
“Pihak penyidik masih belum menemukan hubungan langsung antara Islamic State (IS) dan pelaku serangan sehingga klaim IS itu belum berharga,” kata Bakker.
Nissa MA BELLE
Di kota Nice, di mana musim liburan biasanya akan berjalan lancar, pasca insiden penyelenggara Festival Jazz tahunan yang juga akan menampilkan dengan penyanyi terkenal Rihanna telah membatalkan acara mereka. Festival Jazz tahunan selama 5 hari yang sebelumnya telah berjalan sejak tahun 1948 sedianya akan dimulai pada hari Sabtu (16/07).
Simpatisan yang berduka menangisi para korban, mereka meletakkan bunga, lilin, boneka beruang, dan gambar-gambar terkait serangan di Promenade des Anglais.
“Kondisi sekarang tidak akan pernah menjadi seperti sebelumnya … Nissa ma belle,” membaca satu bait, yang referensinya terkait himne ‘Nissa la Bella’, atau bermakna kota Nice yang Indah, dinyanyikan dalam dialek lokal Nicois.
“Cukup sudah pembantaian. Hentikan pembantaian,” dibaca simpatisan lainnya.
Tora Hakausson, berasal Norwegia, yang memiliki sebuah flat di Nice, sedang makan malam di restoran dekat pantai ketika serangan itu terjadi.
“Kami tidak ingin pulang. Hidup harus tetap menjadi normal. Saya tidak ingin serangan ini, mengubah cara kami merasakan semua tentang Perancis,” katanya sambil menyeka air mata dari bawah kacamata hitamnya.
“Kemarahan adalah emosi utama hari ini,” kata Maiche Arlette, warga kota Nice. “Selama dua setengah tahun, sekarang kami telah menderita dari serangan ini …
“Masyarakat kita sudah menjadi gila.” katanya [IZ]