GAZA, (Panjimas.com) – “Obliterated Families”, merupakan web multimedia baru jenis dokumenter yang diluncurkan pekan lalu. “Obliterated Families” [Keluarga-Keluarga Yang Dilenyapkan] berupaya menampilkan realitas kehidupan para warga Palestina di Jalur Gaza kepada khalayak global, dilansir oleh MEMO.
Proyek ini berfokus pada 142 keluarga Gaza yang telah kehilangan tiga atau lebih anggota keluarganya selama tahun 2014 akibat serangan zionis Israel yang dikenal sebagai ‘Operation Protective Edge’.
Web multimedia ini dibuat dengan format dokumenter bertujuan gar dapar mencakup foto-foto, teks laporan mendalam, animasi, infografis, dan video-video pendek.
Lima seri pertama web dokumenter ini, kini telah dirilis dengan seri-seri film lanjutan lainnya yang akan diunggah secara online selama akhir bulan Juli dan Agustus.
Proyek ini telah mengandalkan pendanaan dari donatur masyarakat luas, seperti yang dilaporkan sebelumnya di Middle East Monitor.
Para inisiator, penulis dan sutradara dari web film dokumenter ini, adalah Anne Paq dan Ala Qandil, keduanya bekerja bersama dengan puluhan profesional media lainnya yang telah bergabung dalam pekerjaan ini selama dua tahun terakhir. Ini merupakan dokumentasi visual yang paling luas dan besar dari kehidupan warga Gaza pasca-serangan zionis Israel yang belum pernah terjadi sebelumnya itu di Gaza.
Anne Paq telah bertemu dan mewawancarai lebih dari 50 keluarga dari berbagai bagian di wilayah Jalur Gaza, yang mana sepuluh cerita terbaik akan dipilih untuk diberitakan secara mendalam melalui foto-foto, teks reportase dan video-video pendek. Amira Hass dan Raja Shehadeh telah berkontribusi dalam prefaces web film dokumenter ini.
Salah satu dari keluarga yang diliput oleh tim yakni, Shuheibars, telah menyimpan sebuah fragmen dari bom di atap rumah mereka, padahal bom tersebut telah menewaskan tiga anak mereka. Ahli militer yang disewa oleh sebuah NGO HAM Prancis menegaskan bahwa potongan bom itu diproduksi oleh sebuah perusahaan Perancis, Eurofarad, kemudian diakuisisi oleh Exxelia Group.
Pada akhir bulan lalu, Keluarga Shuheibars telah mengajukan keluhan [komplain] yang disampaikan atas nama keluarga mereka terhadap perusahaan Perancis itu karena “terlibat dalam aksi kejahatan perang dan pembunuhan yang disengaja”, Ini merupakan kejadian pertama kalinya dimana sebuah keluarga Palestina telah berusaha untuk mengajukan keluhan terhadap sebuah perusahaan swasta di Perancis, dan mungkin di Eropa, karena keterlibatannya dalam kejahatan perang. [IZ]