TUBAN (Panjimas.com) – Media mainstream kembali menyajikan berita ngawur dan cenderung fitnah. Setelah sebelumnya menuding Nu’im Ba’asyir mengamuk lantaran tak diberikan bilik asmara, kini Nu’im diberitakan ditangkap lantaran terkait dengan bom Solo.
“Jajaran Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri terus mengembangkan kasus teror bom bunuh diri di Polres Surakarta, Solo.
Terbaru, pukul 01.00 WIB dini hari tadi satu orang terduga teroris dibekuk di Blitar, Jawa Timur.
Informasi dihimpun JawaPos.com, seorang terduga teroris ini telah menjadi target operasi (TO) Densus 88 Antiteror Mabes Polri. Setelah diburu beberapa waktu, akhirnya dia berhasil ditangkap,” demikian berita di situs Jawapos.com, Senin, 11 Juli 2016 yang diunggah pukul 13:40 WIB.
Berita itu memuat foto Nu’im Ba’asyir tengah digelandang dengan bertelanjang dada, dikawal dengan aparat Densus 88 bersenjata laras panjang.
“Saat ditangkap, tertuga teroris ini berada di dalam rumah. Ketika itu dia tidak memberikan perlawanan kepada petugas yang menangkapnya.
Teroris ini menggunakan celana loreng-loreng dan rambutnya panjang, jenggotnya pun panjang,” lanjut isi berita tersebut.
Istri Nu’im Ba’asyir Membantah
Nunik Haryani, istri Nu’im Ba’asyir merasa suaminya telah difitnah dengan pemberitaan ngawur media Jawapos.com, yang dikutip dan disebarkan media lain yang merupakan bagian dari Group Jawa Pos.
Ia menyebut bahwa pemberitaan ngawur dengan mempertontonkan foto suaminya yang bertelanjang dada adalah sebuah pelecehan.
“Ana tidak terima foto suami ana disebar dan dilecehkan tanpa tanggungjawab,” kata Nunik Haryani kepada Panjimas.com, Rabu (13/7/2016).
Untuk itu,Nunik menuntut pihak Jawa Pos Group melakukan pemberitaan ngawur terkait suaminya.
“Permintaan maaf tidak cukup bagi ana. Ana akan menuntut apa yg telah mereka tulis. Jika ana tidak bisa menuntut di dunia ana akan menuntut mereka di akhirat kelak,” ujarnya.
Kongkritnya, selain meminta maaf, media Jawa Pos Group juga diharapkan memberikan klarifikasi terkiat berita yang telah beredar. Pasalnya, foto yang dimuat Jawa Pos itu sebenarnya foto Nu’im Ba’asyir saat dipindahkan dari Lapas Pamekasan, Madura.
“Ana cuma mengharap dikembalikanya nama baik suami ana, bahwa kasus pemindahan suami tidak ada sangkut pautnya dengan penangkapan teroris Blitar juga pengeboman di Solo. Media yang metelah memuat berita ngawur itu silahkan memberikan tulisan yang benar (klarifikasi),” jelasnya.
Terakhir, Nunik menyampaikan, seharusnya para jurnalis sebagai awak media mematuhi kode etik jurnalistik.
“Sebagai seorang jurnalis, harusnya menggunakan kode etik jurnalis, tidak asal memuat berita dan beritanya laku dipasaran. Jika memang Jawa Pos tidak mempunyai seorang jurnalis yang profesional lebih baik tutup aja,” tandasnya. [AW]