GAZA, (Panjimas.com) – Hamas mengutuk pernyataan disampaikan oleh Anggota Kerajaan Saudi, Pangeran Turki al-Faisal yang menuduh Hamas dan Islamic Jihad menyebarkan situasi kekacauan, dilansir oleh Quds Press.
“Ini adalah kebohongan dan pernyataan tak berdasar,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan yang dilaporkan oleh Quds Pers dan kantor berita Palestina lainnya.
“Semua orang tahu bahwa Hamas adalah gerakan Palestina melawan pendudukan Zionis Israel di tanah Palestina dan hanya memiliki agenda Palestina,” kata pernyataan itu, yang juga mengarisbawahi bahwa Hamas “mengadopsi konsep Islam moderat”.
Berbicara pada pertemuan tokoh-tokoh oposisi Iran di Paris pada Sabtu (09/07/2016), mantan Kepala Badan Intelijen Saudi, Pangeran Turki al-Faisal mengatakan bahwa pemerintah Iran telah mendukung sejumlah kelompok – termasuk Hamas dan Islamic Jihad di Palestina, Hezbollah Libanon dan Al-Qaeda – dengan tujuan “menyebarkan ketidakstabilan regional [kawasan Timur Tengah]”, mengutip laporan Anadolu Agency.
Tuduhan itu datang di tengah ketegangan yang sedang berlangsung antara Arab Saudi dan Iran, dimana Riyadh memutuskan hubungan diplomatik dengan Teheran awal tahun ini setelah dua misi diplomatiknya di Iran diserang oleh ratusan pengunjuk rasa Iran setelah eksekusi mati seorang pemimpin Syiah terkemuka oleh pemerintah Saudi.
Dalam sebuah pernyataan hari Ahad, Hamas mengecam pernyataan al-Faisal sebagai suatu hal yang “ofensif bagi rakyat Palestina dan masalah Palestina”.
“Semua orang tahu Hamas adalah kelompok perlawanan Palestina dengan agenda yang sama sekali ditujukan untuk melayani kepentingan rakyat Palestina dan perjuangan mereka,” kata Hamas.
Hamas, yang telah memerintah Jalur Gaza yang diblokade sejak tahun 2007, melanjutkan untuk menegaskan kembali bahwa ia berusaha “seimbang” hubungan dengan Arab Saudi dan negara-negara Arab.
Hamas juga menuduh Al-Faisal memberikan komentar yang mendukung “pendudukan Zionis dengan memberikan dalih lebih lanjut untuk melaksanakan agresi terhadap rakyat Palestina”.
Sementara itu Islamic Jihad juga mengutuk komentar Pangeran Turki al-Faisal yang merupakan mantan Direktur Jenderal Badan Intelijen Arab Saudi dan Kepala Lembaga Pusat Penelitian dan Studi Islam King Faisal.
Selama konferensi kubu oposisi Iran yang diadakan di Paris pada hari Sabtu (09/07/2016), Al-Faisal, yang pernah menjabat kepala intelijen Saudi di masa lalu, menuduh Hamas dan Islamic Jihad patuh terhadap rezim Syiah Iran dan berusaha untuk mengekspor revolusi ke wilayah tersebut, dengan menyebarkan kondisi kekacauan dan ketidakstabilan.
Hamas, yang telah memerintah Jalur Gaza yang diblokade Israel sejak tahun 2007, melanjutkan untuk menegaskan kembali bahwa pihaknya berusaha menjaga hubungan yang “seimbang” dengan Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya.
Tahun lalu, Kepala Biro Politik Hamas Khaled Meshaal memimpin delegasi tingkat tinggi ke Arab Saudi untuk melakukan pembicaraan dengan para pejabat Saudi.
Hamas juga menolak pernyataan yang dibuat oleh Khosro Orouj, penasehat Pasukan Garda Revolusi Iran, di mana ia menuduh kelompok Palestina yang ingin masuk ke dalam pembicaraan dengan Israel meskipun sumpah lama Hamas untuk tidak pernah bernegosiasi dengan negara Yahudi.
Dalam pernyataan terpisah yang dikeluarkan Ahad, Hamas menggambarkan tuduhan Orouj sebagai “tidak berdasar dan tanpa kebenaran”.
“Hamas akan tetap berada di garis depan dalam gerakan perlawanan Israel di Palestina sampai pembebasan [dari seluruh wilayah bersejarah Palestina bebas dari pendudukan Israel] dan kembalinya [para pengungsi Palestina],” demikian pernyataan Hamas itu.
Di masa lalu, Hamas telah menikmati hubungan yang kuat dengan rezim Syiah Iran, namun dukungan Hamas terhadap kelompok oposisi bersenjata [faksi mujahidin Suriah] menentang rezim Assad yang didukung rezim Syiah Iran di Suriah membuat hubungan Hamas dengan Iran menjadi sangat tegang dalam beberapa tahun terakhir.
Forum Internasional Parlemen Negara-Negara Islam Kutuk Komentar Al-Faisal
Sementara itu merespon pernyataan Al-Faisal, Hari Ahad (10/07/2016) Kepala Forum Internasional Parlemen Negara-Negara Islam, Naser al-Sanea mengutuk komentar mengenai Hamas dan Islamic Jihad, demikian seperti dilansir Surat Kabar Al-Resalah.
Al-Faisal menuduh Hamas dan Islamic Jihad menyebabkan ketidakstabilan di wilayah tersebut.
Berbicara kepada Al-Resalah dari Kuwait, Naser Al-Sanea mengatakan: “Kami tidak butuh seseorang untuk mengajarkan kami pelajaran tentang kejelasan tujuan Hamas, terutama mereka yang terkait dengan masalah tersebut. Siapa pun yang mengatakan sesuatu yang berbeda dari ini tidak mengetahui kebenaran dan klaim yang ditolak pada dirinya. ”
Al-Sanea menegaskan bahwa Hamas memenangkan pemilihan umum yang bebas dan adil, tapi kudeta dilakukan terhadap hal itu dan itu merupakan “tes pertama yang gagal bagi pihak Barat yang mengklaim akan mempromosikan demokrasi”.
Al-Sanea juga mengungkapkan gerakan internal di forum parlemen internasional dan Arab bertujuan untuk memberhentikan Israel dari forum internasional. [IZ]