KUALA LUMPUR, (Panjimas.com) – Kepolisian Malaysia menegaskan pada hari Minggu (10/07/2016) bahwa tiga warga negara Indonesia telah diculik oleh pria bersenjata di negara bagian Sabah, bagian timur Malaysia, dilansir oleh Anadolu.
Abdul Rashid Harun, Kepala Polisi Sabah, mengatakan dalam konferensi pers bahwa kelompok tak dikenal telah menculik warga negara Indonesia dari sebuah kapal pada malam sebelumnya, Sabtu (09/07/2016).
“Penculikan dilakukan dengan berbagai motif tetapi untuk pertama kali kami harus memverifikasi insiden yang terbaru,” kata Harun.
Dalam beberapa bulan terakhir, lebih dari 20 nelayan Indonesia dan Malaysia ditangkap dalam sejumlah penculikan di wilayah laut Sulu dan Celebes oleh kelompok bersenjata yang berbasis di Filipina selatan, diketahui kelompok Abu Sayyaf menahan mereka sebagai tawanan.
Pada awal Juni, Abu Sayyaf merilis empat sandera warga Malaysia yang diculik dari kapal tongkang komersial di perairan pulau di negara bagian Sarawak pada tanggal 1 April.
Kemudian, Tujuh warga Indonesia juga diculik di Laut Sulu sebulan setelah itu, dan diyakini saat ini masih disandera di sebuah markas kelompok Abu Sayyaf di bagian selatan provinsi pulau Sulu.
Harun mengatakan bahwa selama penculikan Sabtu malam, lima pria bersenjata dengan “penampilan militer” telah menyelinap ke perairan dii pantai timur Kabupaten Lahad Datu Sabah untuk menculik tiga nelayan Indonesia kapal pukat nelayan Malaysia yang terdaftar.
Di antara tersangka yang diduga bertanggung jawab adalah seorang komandan kelompok Abu Sayyaf yang dikenal sebagai Apo Mike, yang diyakini bertanggung jawab atas beberapa penculikan yang melibatkan nelayan ataupun para pelaut di kapal plying di wilayah perairan internasional antara Sabah dan Filipina.
Kelompok bersenjata telah meminta paspor kru yang ditangkap dan menculik tiga warga Indonesia saat melepaskan staf lain yang tidak memiliki dokumen, jelas Harun. Ia pun menambahkan bahwa tidak ada baku tembak saat insiden penculikan terjadi.
Kepolisian Sabah mengatakan bahwa berdasarkan penjelasan dan keteranagan yang diberikan oleh orang-orang dibebaskan, para penculik berusia sekitar 30-an dan 40-an.
Hingga kini, belum ada permintaan tebusan dari para penculik.
Penculikan terbaru terjadi setelah pihak militer Filipina melancarkan tindakan keras terhadap kelompok Abu Sayyaf di wilayah Sulu dan Basilan di mana ribuan tentara telah dikerahkan.
Pada bulan Juni, para pejabat Kementerian Pertahanan Filipina, Malaysia dan Indonesia telah sepakat untuk melakukan kerjasama patroli trilateral laut dan udara di wilayah maritim tiga negara, terutama ‘yang menjadi perhatian bersama’, khususnya di Laut Sulu, untuk meningkatkan keamanan regional dan menggagalkan aktifitas-aktifitas kriminal.
Laut Sulu adalah rute populer untuk kapal-kapal kargo dan penumpang, dengan beberapa insiden dimana ada beberapa kapal yang dihadang para bajak laut dan penculik, sementara itu yang lain menggunakan rute penyelundupan.
Model penculikan demi uang tebusan dilakukan kelompok bersenjata atau geng yang beroperasi di wilayah ini, kemudian biasanya mereka menyerahkan tawanan mereka kepada kelompok Abu Sayyaf dan bernegosiasi untuk tebusan itu, jika uang tebusan dibayar, maka mereka berbagi bersama antar kelompok.
Sejak tahun 1991, kelompok Abu Sayyaf – telah mempersenjatai diri dengan alat peledak yang sebagian besar merupakan hasil improvisasi, kemudian mortir dan senapan otomatis. Mereka telah melakukan aksi pemboman, penculikan, pembunuhan dan pemerasan dalam pertarungan untuk mempertahankan kedaulatan provinsi independen di Filipina.
Awal tahun ini, kelompok Abu Sayyaf mengeksekusi dua sandera Kanada setelah uang tebusan gagal dibayar oleh pemerintah Kanada. Mereka juga telah mengultimatum akan mengeksekusi warga Norwegia yang telah ditangkap pada bulan September jika permintaan uang tebusan 300-juta peso ($ 6 juta dollar) tidak terpenuhi. [IZ]