TOKYO, (Panjimas.com) – Ibadah puasa di Bulan suci Ramadhan bersifat universal untuk membantu manusia belajar bagaimana untuk menolak godaan-godaan hawa nafsu baik syahwat perut dan syahwat kemaluan. Bagi Umat Islam, bulan suci Ramadhan merupakan daya tarik tersendiri, tiap masyarakat Islam di berbagai belahan dunia memiliki ekspresi kultural masing-masing mengenai tradisi di bulan ramadhan
Sebagai minoritas, menjalani ibadah puasa bagi Muslim Jepang tentu sangat berbeda dengan muslim lainnya di negara-negara lain. Ada beberapa alasan kuat mengapa Jepang sangat berbeda dengan negara lain, atau setidaknya bagaimana sejauh mana kita menyadarinya.
Misalnya kegiatan di Masjid Tokyo Camii, yang merupakan Masjid terbesar di Jepang. Selama Ramadhan menjelang waktu berbuka puasa, Takmir Masjid Tokyo Camii membagikan ifthar untuk 200 pengunjung, tanpa memandang agama, kegiatan ini diadakan sebagai media dakwah untuk memperkenalkan budaya dan ajaran Islam kepada Warga Jepang, demikian mengutip Japan Times.
Selain itu, salah satu hal yang membedakan warga non-muslim Jepang dengan non-Muslim lainnya di seluruh dunia adalah bahwa sebagian besar dari mereka tidak memiliki stereotip tentang Muslim. Mereka menerima informasi, memproses itu secara logis, dengan ‘cara orang Jepang’, dan kemudian baru bereaksi.
Lebih dari 13 juta orang saat ini tinggal di Tokyo, yang termasuk Kota terpadat di dunia. Kesempatan untuk bertemu seorang Muslim di Tokyo sangat langka hanya sekitar 0,0007% (9.100 orang) dari total penduduk Tokyo.
Merasakan sensasi menjalani Ramadhan di Tokyo juga dapat menjadi pengalaman yang mengubah hidup karena terdapat dua alasan khusus.
Pertama, jika Anda melihat negara-negara lain dengan penduduk Muslim yang relatif lebih besar, Anda akan kadang-kadang menemukan beberapa segregasi berdasarkan kebangsaan atau bahasa. Namun di Tokyo, hanya ada dua atau tiga Masjid besar. Jadi Anda akan memiliki perbincangan terkaya, yang paling beragam dari segi bahasa, dan menarik dengan hanya berjalan di sekitarnya.
Kedua, peluang Anda untuk menjadi Muslim pertama yang memperkenalkan Ramadhan dan ibadah puasa menurut Islam kepada mayoritas warga Jepang yang Anda temui akan sangat tinggi. Ini adalah tanggung jawab dakwah yang besar dan merupakan suatu kehormatan besar dapat memperkenalkan ajaran Islam.
Untuk diketahui, sebagian masyarakat Jepang, tidak mengetahui tentang Ramadhan dan ibadah puasa, bagi mereka seorang Muslim yang berpuasa di Jepang diibaratkan akan merasa kesepian dimana mereka bertempur sendirian.
Diperkirakan jumlah Muslim Jepang saat ini berkisar 110.000 hingga 120.000, diantaranya sekitar 10.000 adalah Muslim asli Jepang. 90 persen diantaranya adalah muslim dari warga asing, sementara 10 persen merupakan warga pribumi asli jepang
Penelitian Hirofumi Tanada
Mengutip Republika, Hirofumi Tanada dalam Muslim Population in the World and Japan 2011 mencatat populasi Muslim di Jepang berkisar 100 ribu orang pada tahun 2011. Mayoritas Muslim ditempati oleh pendatang asal luar negeri sebanyak 91.744, kemudian diikuti Muslim asli Jepang sebanyak 11.189, dan imigran Muslim ilegal sekitar 2.632 jiwa.
Profesor asal Waseda University, Tokyo, ini juga membeberkan data, berdasarkan asal negaranya, komunitas Muslim terbesar di Jepang berasal dari Indonesia, dengan jumlah 21 persen. Peringkat itu disusul Filipina 12 persen, Cina 11 persen, Pakistan 11 persen, Bangladesh 10 persen, dan Malaysia 6 persen.
Selain itu, ada pula kelompok pendatang asal Iran, Thailand, India, Turki, Nigeria, Mesir, Rusia, Afghanistan, dan beberapa negara lain.Ada beberapa faktor yang mendukung peningkatan populasi Muslim di Jepang.
Tanada mengungkapkan, salah satu faktor utama adalah pertukaran mahasiswa Muslim ke Jepang dan migrasi para pekerja yang turut menyebarkan Islam. Sebagian kemudian menetap dan menikah dengan penduduk asli Jepang.
Proses konversi melalui jalur perkawinan ini cukup banyak berkontribusi terhadap kelahiran generasi baru Muslim Jepang.
Mengutip lampuIslam, Menurut penelitian yang dilakukan Hirofumi Tanada, seorang Profesor Ilmu Kemanusiaan di Universitas Waseda Tokyo mengatakan, berdasar pada perhitungan tahun 2009 saja, ada 58 Masjid di Jepang, dan yang lagi didirikan baru-baru ini, hingga totalnya 60 Masjid.
Selain Masjid, menurutnya, terdapat lebih dari 100 mushola atau tempat-tempat sholat sementara yang tersebar di seluruh negeri.
Tanada menjelaskan, Islam masuk ke Jepang sekitar awal tahun 1920-an, ketika ratusan Muslim Turki beremigrasi dari Rusia setelah Revolusi Rusia 1917.
Pada akhir 1930-an ada sekitar 1.000 Muslim dari berabagai asal-usul, kata Tanada. Gelombang berikutnya datang pada 1980-an, ketika gelombang pekerja migran dari Iran, Pakistan dan Bangladesh datang, secara signifikan meningkatkan populasi Muslim.
“Saya percaya perhatian masyarakat akan Islam terus meningkat,” kata Tanada.
Tanada yang telah melakukan penelitian terhadap banyak komunitas Muslim di Jepang, menambahkan, ada beberapa faktor membantu peningkatan jumlah populasi Muslim di Jepang, termasuk pertukaran mahasiswa di Jepang dengan universitas lain di beberapa negeri Muslim, disamping migrasi para pemilik usaha dan pekerja Muslim yang telah menyebarkan Islam.
“Ada banyak orang Islam yang telah menikah dan menetap dengan keluarga mereka di Jepang, dan mereka ingin memperdalam pertukaran dengan komunitas mereka. Dan mereka ingin lebih banyak lagi orang memahami agamanya,” tandas Tanada.[IZ]