YOGYAKARTA,(Panjimas.com) – Al Qur’an sejak jaman Rasulullah sudah ada sahabat yang salah memahami namun langsung dibenarkan Rosulullah. Begitu perkataan K.H. Fahmi Salim MA wakil Sekjend Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI), Ahad (26/6/2016).
“Bedanya jaman sekarang ini tidak ada jaminan pemahaman Al Qur’an yang lurus, terutama kalau dengan sengaja untuk memutar balikkan fakta. Maka sekarang tugas Ulama untuk menjaga, menyampaikan kepada umat pemahaman yang lurus” katanya pada kajian di Teras Dakwah, Nitikan, Umbulharjo, Yogyakarta.
Untuk itu dirinya sangat perlu membentengi faham ekstrime maupun liberal yang telah mendistorsi pemahaman Al Qur’an. Menurutnya kekeliruan dalam penafsiran Al Qur’an sekarang ini, karena adanya tiga hal yang telah diingatkan tokoh dahulu yakni Pemurtadan, Nabihisasi, Sekulerisme.
“Tiga upaya untuk menghancurkan Islam di Indonesia, yang pertama adanya pemurtadan atau Kristenisasi. Hal ini mudah kita deteksi karena pengubahan keyakinan seseorang. Yang kedua tradisi mengubah budaya Islam ini yang disebut Nabihisasi. Dan yang ketiga adalah Sekulerisasi dan Liberalisasi, ini yang diingatkan oleh M.Nastir” ujarnya.
Yang menjadi tantangan yang berat bagi Umat Islam adalah Liberalisasi, dalam hal penafsiran Al Qur’an. Menurut Fahmi Salim sifat Liberal menolak tafsir diluar jangkauan nalar manusia, hal ini pun dialami umat dan nabi terdahulu.
“Orang-orang Liberal sering menyerang Ulama karena Ulama ini punya otoritas menjaga penafsiran Al Qur’an. Mereka akan melakukan liberalisasi Al Qur’an hingga muncul orientalisme yang dimulai di kampus-kampus Islam. Dimulai dari 1973, dengan apa? Waktu itu tongkatnya adalah Buku Harun Nasution sebagai ajar wajib di IAIN seluruh Indonesia, berjudul Hukum Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek” ujar pengisi Damai Indonesiaku dalam salah satu stasiun TV swasta tersebut.
Akhirnya muncul faham Pluralisme yang mereka sebut toleransi yang hakiki. Fahmi Salim menyorot hal itu karena bagi liberal, toleransi yang benar sampai membenarkan ajaran agama lain. Maka kaum liberal membuat seremoni seperti Do’a Bersama Lintas Agama, Buka Puasa Lintas Agama untuk mengedepankan Pluralisme.
“Pluralisme menganggap agama-agama itu seperti jeruji roda yang menuju pada sumbu yang sama. Sekarang pertanyaannya apakah kita menyembah Tuhan yang sama? Tentu tidak, Rosulullah diperintahkan dengan tegas pada orang kafir, Aku tidak akan menyembah dengan apa yang kalian sembah” sorotnya.
Fahmi Salim menyebutkan banyak upaya untuk mendekonstursi Al Qur’an, untuk memunculkan faham sesat bahkan tanpa sadar orang akan terjerumus kedalam kesesatan. Gerakan mereka sangat halus sehingga akal manusia akan menerima apa yang mereka katakan.
“Dengan mereka mengatakan Qur’an itu bukan kitab suci, Qur’an itu kata-kata Muhammad, Qur’an itu rekayasa sahabat, Qur’an adalah budaya Arab, Qur’an meninggalkan masalah mendasar dan perlu dibikin Al Qur’an edisi baru. Nah ini orang yang tidak tahu pangkal masalah sejarah Al Qur’an, sehingga ingin menyimpangkan isi dan kandungan Al Qur’an” tandasnya. [SY]