TEHERAN, (Panjimas.com) – Qassem Suleimani, Komandan Garda Revolusi Iran, Hari Senin (20/06/2016) mengancam keluarga kerajaan Bahrain, dengan mengatakan bahwa mereka telah kelewatan dan melampaui batas ‘garis merah’ karena hapuskan hak kewarganegaraan Pendeta Syiah Bahrain, dilansir MEMO.
“Al-Khalifa [penguasa Bahrain] pasti akan membayar harga untuk itu dan rezim haus darah mereka akan digulingkan,” ancam Suleimani, yang saat ini memimpin pasukan elit Garda Revolusi Iran, Quds Force.
Soleimani menuduh keluarga kerajaan Bahrain melakukan “praktik rasis”, dengan menangkap para pemimpin politik dan agama, memenjarakan perempuan dan anak-anak dan melanggar hak-hak sipil mereka.
Kementerian Dalam Negeri Bahrain mengumumkan hari Senin lalu bahwa kewarganegaraan Sheikh Isa Qassim telah dicabut, dan mengatakan bahwa Isa Qassim telah memicu perpecahan sektarian di Bahrain.
baca: Pemerintah Bahrain Tutup Kantor Kelompok Syiah Terbesar, dan Bekukan Seluruh Aktifitasnya
Upaya-Upaya Syiah Memicu Kekacauan di Bahrain
Puluhan orang telah diadili dan divonis hukuman penjara yang cukup lama oleh pemerintah Bahrain yang dikuasai Sunni – setelah Negara itu terguncang oleh kerusuhan yang dipicu kelompok Syiah. Sejak itu pemberontakan sebulan yang dipimpin Syiah ditumpas, kelompok syiah menuntut reformasi Bahrain lima tahun yang lalu.
Terdakwa pertama ditangkap di desa Sitra, mayoritas penduduk Syiah, dimana polisi menemukan “senjata api dan bahan peledak” di apartemennya, kata Jaksa Ahmed al-Hammadi.
Dia mengatakan pria itu berencana untuk menggunakan senjata api untuk melaksanakan aksi terorisme 2 terdakwa lainnya dipenjara karena keterlibatan mereka dalam kasus yang sama.
Bahrain bulan Maret lalu juga memenjarakan 3 orang dengan hukuman seumur hidup dan terdakwa lainnya dihukum untuk 15 tahun karena menyerang bus selama aksi demonstrasi protes di sebuah desa Syiah 2 tahun lalu.
Bulan November tahun lalu, mengutip Reuters dilaporkan bahwa 5 warga Bahrain dihukum karena bersekongkol (konspirasi) dengan Iran untuk melakukan serangan di dalam Negeri Bahrain. Mereka dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dan dilucuti status kewarganegaraannya,dikutip dari pernyataan Jaksa Penuntut Umum Bahrain sebagaimana dirilis oleh Kantor berita nasional Bahrain, Bahrain News Agency.
Bahrain yang merupakan Kerajaan Muslim Sunni mengatakan bahwa Negara tetangganya Syiah Iran sedang mencoba untuk memicu serta menggerakkan kerusuhan diantara penduduknya yang mayoritas Syiah, sementara Teheran membantah pernyataan ini.
Awal November tahun lalu, Kementerian Dalam Negeri Bahrain juga mengatakan telah menangkap 47 anggota kelompok tersebut, selain itu mengatakan bahwa Mereka memiliki hubungan dengan “elemen terror di Iran” dan juga sedang mrencanakan serangan.
Pernyataan itu mengatakan 5 orang terdakwa itu terbukti berkomunikasi dengan anggota Pasukan Garda Revolusi Iran dengan tujuan melakukan serangan pada bank dan gedung-gedung publik.
2 dar 5 warga Bahrain itu telah dilatih di Iran oleh Pasukan Garda Revolusi [IRGC], sementara yan lainnya memberikan bantuan keuangan dan logistik, kata al-Hammadi.
Bulan Oktober lalu Bahrain juga memanggil pulang Duta Besarny untu Iran,sehari setelah pasukan keamanan Bahrain menemukan sebuah pabrik besar pembuatan bom dan telah menangkap sejumlah tersangka yang juga terkait dengan Pasukan Garda Revolusi Iran
Negara yang merupakan tempat Pangkalan dari Armada Marinir ke-5 ASb[US .Navy’s Fifth Fleet] itu , pernah menghadapi demonstrasi massa Syiah saat gelombang Arab Spring tahun 2011, yang menuntut reformasi politik
Bahrain merupakan Negara kecil namun letaknya sangat strategis, yang terhubung dengan pembangkit tenaga listrik daerah Sunni Arab Saudi oleh sebuah jalur penyeberangan, Bahrain terletak di seberang Negara Syiah Iran.
Meskipun tindakan kerasan pada pemberontakan tahun 2011, para pengunjuk rasa terus melakukan aksi bentrokan dengan Kepolisian Bahrain terutaa di desa-desa Syiah di luar ibukota Manama. [IZ]