JAKARTA, (Panjimas.com) – Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab disapa Ahok menuding bahwa massa yang melakukan penolakan terhadap dirinya hingga berujung kericuhan saat meresmikan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di Penjaringan kemarin bukan berasal dari wilayah sekitaran RPTRA tersebut.
Padahal, Ahok mengaku sudah menerima usulan Wali Kota Jakarta Utara untuk tidak menghadiri acara peresmian. Namun, ia tidak menghiraukan usulan tersebut dan tetap memaksakan diri menghadiri acara peresmian Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA).
“Memangnya siapa elu? Ya kan ini juga sama usulan dari Walkot semua. Lebih baik Bapak enggak usah datang resmiin RPTRA. Saya bilang, yang tanda tangan siapa? Saya, ya saya dong dateng. Dia bilang ada massa, massa dari mana? Ya enggak tahu. Ngakunya ormas utara segala macam gitu kan,” katanya, di Balai Kota, Jumat (24/6), seperti dilansir republika.
Tidak hanya Wali Kota Jakarta Utara, pihak kepolisian juga sudah menghimbau Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok untuk tidak hadir dan menandatangani monumen peresmian RPTRA karena adanya potensi kericuhan. Namun, ia keukeuh dengan mengatakan, negara ini tak boleh diatur oleh massa.
“Disarankan enggak boleh datang. Ya saya bilang tanya polisinya. Masa kalau ada massa enggak boleh datang? Emang negara ini diatur oleh massa? Mau cara preman apa negara ini? Ya saya tetap datang polisi tanggung jawab dong,” ujarnya.
Alhasil, dalam peresmian RPTRA di Penjaringan tersebut satu orang staf humas Pemprov menderita luka akibat lemparan batu.[DP]