SOLO, (Panjimas.com) – Tidak biasanya masjid mengadakan kultum bada dhuhur, namun demikianlah yang dilakukan takmir masjid Asy Syi’ar komplek Radio Republik Indonesia (RRI), Kestelan, Banjarsari, Solo. Demi untuk menarik simpati Pekerja Sex Komersial (PSK) dan lelaki hidung belang yang beraktifitas siang hari, takmir mengadakannya selama bulan puasa penuh.
Muhammad Djazuli (58) ketua takmir masjid mengatakan pada Panjimas Selasa, (14/6/2016), bahwa kondisi perkembangan lingkungan yang sudah terkenal dengan prostitusinya ini sekarang jauh lebih baik. Hal ini disebabkan adanya dakwah masjid dan kepedulian warga sekitar untuk ikut membina para PSK.
“Dulu ini gudang mas, waktu kepala RRI pak Tomo, saya usul untuk dijadikan masjid. Kita adakan kajian sebulan sekali pada sabtu pahing dan belajar baca Qur’an untuk menambah ilmu warga, soalnya ini kan lingkungannya, iya kayak gini” ucap teknis prasarana RRI tersebut.
Hal itu diamini Sumarno humas takmir masjid Asy Syi’ar RRI, yang terjun langsung mengajak para PSK untuk mengikuti kegiatan warga. Dirinyapun pernah mengajak 25 PSK RRI untuk ikut kajian di masjid tersebut.
“Dulu itu saya temui pengelola hotel, tolong mbak-mbake (PSK.red) besok suruh dateng. Kalau yang nyuruh warga pasti, pasti mereka datang. Waktu itu hampir 25 orang ada mas, tapi ketika yang ngisi kajian itu ustadnya agak keras, wa sampai sekarang pada pergi. Sampai sekarang gak mau datang” ujar Nano sapaan karibnya.
Sumarno yang asli penduduk setempat menceritakan dalam berdakwah tidak semudah yang orang bicarakan. Dirinya menyoroti ada tiga permasalahan kenapa mereka (PSK) mengulangi pekerjaannya lagi. Yakni karena faktor ekonomi, faktor dieksploitasi lelakinya, dan faktor dendam terhadap perlakuan lelaki.
“Kalau ekonomi itu paling banyak mas, mereka kalau di kasih 10 juta itu mungkin ya setengah tahun ndak nongol, tapi nanti ya balik lagi. Ada juga laki-lakinya itu nganter dan nunguin sampai selesai gituan. Nah ada juga PSK ini dendam terhadap suami atau pacarnya, ini yang sangat sulit untuk diajak tobat” tandas muadzin masjid Asy Syi’ar.
Sumarno mengakui jika dirinya kurang ilmu agama, untuk itu dirinya berusaha menggelar kajian dengan mendatangkan ustadz, kyai maupun da’i untuk membina warga dan lingkungan RRI. Menurutnya dalam permasalahan PSK ini, peran pemerintah yang harus bertindak tegas untuk memberantasnya.
“Kita sudah mengadakan kajian rutin, namun berat mas, kalau menurut saya pemerintah harus tegas. Aturan dibuat, larangan dijalankan tinggal ditindak siapa yang terlibat. Alhamdulilah sekarang jalan depan ini ada patroli Polisi, dulu sama sekali ndak ada. Sejak lahir saya disini hotel ini sudah ada ya agak berkurang. Pokoknya saya itu minta ibu-ibu warga sini terlibat untuk ngandani wanita-wanita itu” pungkas Nano yang juga ketua RT. [SY]