SOLO, (Panjimas.com) – Sudah kelima kalinya warga Laweyan menggelar aksi Menolak Sistem Satu Arah (SSA) di jalan Radjiman, Laweyan, Solo. Permintaan mereka untuk membatalkan SSA masih belum digubris Pemkot Solo, untuk itu mereka kembali melakukan sholat dan do’a bersama ditempat yang sama, Sabtu (11/6/2016).
Ustadz Muhammad Ali bersama warga Laweyan kembali bergerak, namun aksinya kali ini tidak sampai menutup jalan Radjiman. Dirinya menggunakan setengah bahu jalan untuk memberikan kenyamanan pada pengguna jalan lain.
“Kita bagi tugas, ada sebagaian akan melakukan clas action, dan kita akan terus melakukannya sampai tuntutan kita di terima. Memang aksi tujuan kita untun kenyamanan, kita buat setengah jalan saja biar pengguna jalan merasa nyaman” ujar Ustadz Ali.
Sementara Edi Lukito ketua Laskar Umat Islam surakarta (LUIS) menjadi orator pada siang itu. Dirinya telah memperoleh informasi bahwa Perda SSA sudah disahkan, untuk itu apakah kebijakan ini sudah melibatkan masyarakat kalau tidak menurut Edi ini adalah kedholiman.
“Kita lihat kasus Pasar Klewer tahun lalu, itu kebakaran atau dibakar? Dibakar, siapa yang membakar? Saya kuatirkan Dia (penguasa.red) yang membakar. Ini menyangkut ekonomi, 5000 pedagang muslim bangkrut, pemerintah harus tanggung jawab. Kedholiman-kedholiman terus terjadi, kemudian ini SSA jalan yang banyak pelaku ekonomi umat islam terancam bangkrut. Undang-undang saja bisa mengalami berkali-kali revisi, kalau sekedar Perda apakah tidak bisa dicabut?” ucap Edi.
Beberapa warga dan anak yang menyaksikan aksi tersebut, spontan mereka ikut melakukan aksi corat-coret jalan Radjiman untuk menumpahkan kekesalannya. Menurut mereka Pemkot telah bertindak arogan dan tidak menggubris kepentingan rakyatnya. [SY]