JAKARTA, (Panjimas.com) – Letnan Jenderal Saidiman membantah bahwa pemuda-pemuda yang menggunakan pakaian palu arit adalah trend. Menurutnya, itu bukanlah trend, tetapi usaha mereka mempengaruhi masyarakat.
“Menurut saya itu bukanlah trend, itu adalah upaya mereka mempengaruhi masyarakat,” ujar Letnan Jenderal Saidiman di Balai Kartini, Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (1/6/2016).
Simposium Nasional dengan tema, ‘Mengamankan Pancasila dari Ancaman Kebangkitan PKI’ di Balai Kartini cukup banyak mendapat antusiasme dari tokoh-tokoh nasional. Acara Simposium Nasional tersebut juga dihadiri oleh Imam Besar FPI Habieb Rizieq Shihab, KH. Hasyim Muzadi, KH. Muhammad Al Khaththath, Kivlan Zein, Alfian Tanjung, Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnakri, Jenderal TNI (Purn) Try Soetrisno, dan lain-lain.
Lebih dari 15 organisasi masyarakat turut serta mendukung acara Simposium Nasional. Mulai dari Gerakan Bela Negara, Kartika Purna Wira, PMKRI, PP POLRI, GPII, DA’INA, HMI, PMII, Pemuda Pancasila, Anshor, Gerakan Reformasi Islam, GAMKI, Aliansi Pergerakan Islam, Dewan, Dakwah Islamiyah Indonesia, Forum Umat Islam, DMI, SBII, FPI, STII, MUI, Muhammadiyah, NU, HMPI, dan lain-lain.
“Maka aksi dari para pembela pancasila akan menggagalkan usaha mereka untuk bangkit dan melawan. (Demi) mengamankan republik Indonesia dari ancaman komunisme,” katanya.
Di akhir pemaparan materinya, Letnan Jenderal Saidiman berharap agar acara Simposium Nasional ini tidak berhenti hanya sekadar seremonial belaka. Tetapi, ia berharap agar Negara Kesatuan Republik Indonesia kuat dan mampu memakmurkan rakyat Indonesia.
“Harapan saya janganlah kita berhenti dengan simposium belaka, kita harus nyata membuat republik Indonesia kuat. Dan yang paling penting menciptakan kesejahteraan rakyat.” tandasnya. [DP]