SOLO, (Panjimas.com) – Warga Laweyan, Solo menggelar sarasehan keluh kesah terkait Sistem Satu Arah (SSA) di markas SAR Jaba Rescue, Jl Samanhudi, Tegalsari, Laweyan, Solo. Beberapa perwakilan warga Laweyan dari berbagai kelurahan menghadiri acara tersebut dengan antusias, Rabu malam (1/6/2016).
Ustadz Muhammad Ali, pengasuh ponpes Ta’mirul Islam, memfasilitasi keluhan dan aspirasi warga Laweyan. Dirinya mempersilahkan satu persatu untuk mengutarakan keresahan terkait diberlakukan SSA di tiga ruas jalan di wilayah Laweyan.
baca: Terkait SSA, Ustadz Muhammad Ali: Opini yang Berkembang Pilkada Laweyan Rudy Kalah Telak
Samino warga Baron Cilik mengeluhkan dampak SSA mulai memacetkan jalan kampung dan gang. Menurutnya pihak Walikota tidak menggubris keluhan warga Laweyan. Dampak SSA tidak hanya pada tiga ruas jalan yang diberlakukan, namun Kondisi arus lalulintas kampung semakin memprihatinkan.
“Yen SSA ora di cabut kampung kene diportal po piye, setuju mas (jika SSA tidak dicabut kampung sini diportal gimana, setuju mas)” ucap Samino.
Selain itu, Abdul Rozak warga Keprabon menguraikan dampak SSA dari segi pendidikan, menurutnya pengguna jalan yang memutar jalur SSA semakin jauh jarak tempuh ke tempat kerja ataupun sekolah tujuan. Hal ini menuntut mereka untuk menambah kecepatan meski di jalur padat. Dari sini kenyamanan lingkungan pendidikan semakin terganggu.
“Semula oleh para Dishub, Pemkot mengatakan SSA untuk membuat kenyamanan, nyatanya sama sekali tidak membuat nyaman. Jangankan anak kecil yang orang dewasa saja susah nyebrang, apalagi anak sekolah yang masih kecil” ujar Abdul Rozak pengajar SD Jama’atul Ikhwan.
Sementra itu, Bayu Nugroho warga Panularan menilai kebijakan SSA tersebut tidak pernah dikaji sebelumnya. Sedang hasil evaluasi dampak SSA warga tidak pernah mendapatkan sosialisasinya.
“Kita jangan hanya pasrah, kalau pasrah selamanya kita akan diinjak-injak, disepelekan. Itu terbukti dari ucapan pak Walikota, terserah mereka mau demo atau apa yang penting SSA jalan terus” tutur Bayu. [SY]