JAKARTA, (Panjimas.com) – Wahdah Islamiyah, dalam rangkaian menuju Muktamar III pada Juli mendatang, terus menggelar Tabligh Akbar “Sejuta Cinta untuk Indonesia.”
Di Jakarta, Tabligh Akbar yang dirangkai dengan Tarhib Ramadhan 1437H dilaksanakan di Masjid Baitul Ihsan, Komplek Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Sabtu (28/05/2016). Demikian release yang diterima Panjimas.
Pimpinan Umum Wahdah Islamiyah KH M Zaitun Rasmin dalam ceramahnya menjelaskan mengapa organisasi yang dipimpinnya mengangkat tema “Sejuta Cinta untuk Indonesia.” Cinta, kata Zaitun, adalah karunia Allah Swt supaya manusia hidup secara harmonis.
Cinta adalah sesuatu yang dirasakan oleh seseorang pada dirinya dan di luar dirinya, seperti cinta kepada Allah Swt, Rasul-Nya dan cinta kepada agama Islam. Termasuk cinta kepada orang tua, anak, istri, keluarga, kerabat, harta benda dan perniagaan.
Cinta kepada negeri, menurutnya, termasuk hal yang harus dijelaskan kepada umat. Ini karena belakangan beredar pemahaman yang salah bila cinta terhadap negeri tidak diperbolehkan.
“Cinta kepada negeri, kampung halaman, adalah cinta yang dibenarkan dalam Islam. Dia adalah bagian dari cinta yang manusiawi, sesuai fitrah manusia,” ungkap Ustaz Zaitun dalam tabligh akbar di Masjid Baitul Ihsan, Komplek BI, Jakarta Pusat, Sabtu (28/05/2016).
Zaitun membantah bila ada ungkapan yang menyebutkan bila nasionalisme adalah tidak Islami. Cinta kepada negeri, terang Zaitun, dibolehkan dalam Islam dengan dua syarat.
“Pertama, cinta kepada negeri tidak boleh melebihi cinta kita kepada Allah, Rasul-Nya dan dinul Islam. Sama dengan cinta kita kepada suami, istri dan anak yang tidak boleh melebihi rasa cinta kepada Allah Swt sebagaimana dalam Surat At-Taubah ayat 24,” jelas Wakil Sekjen MUI Pusat itu.
Syarat kedua, lanjut Zaitun, rasa cinta kepada negeri tidak boleh membuat seseorang membenci orang lain hanya karena tidak senegeri dengan dirinya.
“Mencinta negeri silahkan, tapi jangan membenci negeri lain hanya karena kita tidak lahir di sana,” ungkap Ketua Ikatan Ulama dan Dai Asia Tenggara itu.
Bukti Cintah Wahdah
Selain dengan ungkapan, Wahdah Islamiyah juga membuktikan kecintaannya terhadap negeri ini dengan dakwah, pendidikan dan pembinaan umat.
“Sejuta cinta untuk Indonesia, bukan satu juta cinta. Itu menunjukkan cinta yang sangat banyak,” jelas Zaitun.
Bukan hanya diungkapkan, kecintaan Wahdah terhadap NKRI juga diwujudkan dengan melakukan pendidikan dan pembinaan umat. Hal ini dilakukan supaya umat ini menjadi kuat.
“Wahdah Islamiyah telah memiliki 174 sekolah di seluruh Indonesia. Ini sebagai sumbangsih dalam mendidik umat,” ungkap Zaitun.
Selain sekolah, Zaitun menyebut, organisasinya kini terus memperkuat pendidikan Alquran di seluruh level dengan berbagai metode.
“Wahdah Islamiyah menjadi pelopor pendidikan Alquran untuk dewasa dengan nama ‘Dirosah’”, tandasnya.
Alumni Universitas Islam Madinah ini menyebut, sekarang Dirosah telah ada di 126 kota/kabupaten di seluruh Indonesia. Targetnya, pada 2030 organisasi ini akan memiliki lembaga tahfidz di seluruh kota/kabupaten Indonesia. “Wahdah ingin mengembangkan lebih besar lagi program pembinaan Qur’an,” kata Zaitun.
Karena itu Ketua Ikatan Ulama dan Dai Asia Tenggara ini memohon dukungan, bantuan dan doa untuk kelanjutan program Wahdah Islamiyah ke depan untuk mewujudkan Indonesia menjadi baldatun thayibatun wa rabbun ghafur. “Melalui pendidikan dan pembinaan kita akan perkuat negeri ini,” pungkasnya.
Istimewa, Tak Menyangka Dihadiri Imam Masjidil Haram
Awalnya, Pengasuh Pesantren Daarul Qur’an Ustaz Yusuf Mansur sudah dijadwalkan untuk menjadi penceramah kedua Tabligh Akbar “Sejuta Cinta untuk Indonesia” dan Tarhib Ramadhan 1437 H. Sayang, ternyata Yusuf Mansur datang terlambat ke Masjid Baitul Ihsan karena terkendala masalah teknis semata. Pada waktu yang sama ternyata ia harus menghadiri acara yang digelar Alumni Pesantren Gontor di Masjid Istiqlal, Jakarta.
Alhasil, Yusuf Mansur baru bisa hadir ke lokasi Tabligh Akbar dan Tarhib Ramadhan 1437H, beberapa menit menjelang azan Zuhur dikumandangkan.
Namun istimewa, Yusuf Mansur tidak datang sendirian. Ia ternyata menyertai Imam Masjidil Haram, Syaikh Abdurrahman Jamil Allousi. Bagi panitia dan Wahdah tentu ini sesuatu yang sangat tidak mereka duga sebelumnya.
Maka shalat Zuhur di Masjid Baitul Ihsan, Sabtu siang (28/05) menjadi istimewa. Karena diimami langsung oleh Imam Masjidil Haram.
Usai shalat Zuhur, Pimpinan Umum Wahdah Islamiyah KH M Zaitun Rasmin mempersilahkan Yusuf Mansur menyampaikan ceramah. Namun kesempatan itu hanya digunakan Yusuf Mansur beberapa menit saja.
“Saya ceramahnya besok saja, di Wisuda Akbar Daarul Qur’an di Istiqlal. Saya hanya mau menyampaikan support untuk Muktamar saya membantu Rp50 juta,” kata Yusuf Mansur.
Kesempatan yang singkat dan istimewa itu pun langsung diberikan kepada Syaikh Abdurrahman. Maka ulama muda asal Suriah itu pun membacakan sejumlah ayat Alquran dengan sangat merdu. Dimulai dari Surat Al-Fatihah, dilanjutkan Surat Abasa dan diakhiri dengan Surat Al-Kautsar. Setelah itu ia diminta untuk memimpin doa. Usai berdoa bersama, maka bubarlah peserta Tabligh Akbar dan Tarhib Ramadhan 1437 H.
Tabligh Akbar “Sejuta Cinta untuk Indonesia” dan Tarhib Ramadhan 1437H digelar sebagai rangkaian dari Muktamar III Wahdah Islamiyah yang akan digelar di Jakarta pada 17-20 Juli mendatang. Wapres Jusuf Kalla akan membuka Muktamar ini di Masjid Istiqlal Jakarta. [RN]