BIRZEIT, (Panjimas.com) – Sebuah kota kecil Palestina yang disebut Birzeit, terletak di Ramallah bagian utara, menjadi tuan rumah pada hari Rabu (18/05/2016) kemarin dalam upacara pembukaan Museum Nasional pertama Palestina setelah melalui hampir 20 tahun proses persiapan, dilansir oleh DPA.
Setelah bertahun-tahun berupaya dan melakukan pembicaraan, yakni tiga tahun sejak upacara peletakan batu pertama, tahap pertama dari Museum nasional Palestina akan diluncurkan, demikian pernyataan para pejabat kepada para wartawan, hari Selasa (17/05/2016).
Upacara peresmian museum senilai 28 juta dolar itu dihadiri oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas, puluhan warga Palestina dan para anggota misi diplomatik.
Museum Palestina di Birzeit akan melestarikan memori rakyat Palestina, sebagai narator sejarah tentang memori rakyat Palestina yang akan memberitahu generasi mendatang bahwa Palestina dan rakyat Palestina telah berada di sini sejak dahulu kala, demikian ujar Presiden Mahmoud Abbas.
Abbas menggambarkan Museum Nasional Paletina sebagai salah satu lembaga utama negara di masa depan, museum ini “sekarang sedang dibangun dan tak menantikan apapun selain deklarasi kemerdekaannya yang akan segera terjadi.”
Proyek 28 juta dolar AS ini terletak di puncak bukit yang menghadap ke kota Ramallah dan kota-kota sekitarnya, dan pembangunan Museum Nasional ini adalah upaya untuk “berkontribusi menempatkan wadah budaya Palestina yang hidup dengan semangat kehadirannya yang diakui secara nasional dan internasional.”
Menteri Kebudayaan Palestina, Ehab Bseiso mengatakan dalam acara yang datang hanya beberapa hari setelah Palestina memperingati ulang tahun ke-68 sejak perang tahun 1948 yan dikenal sebagai ‘Catastrophe’ (Bencana Besar) atau Al-Nakba, menunjukkan bahwa generasi Palestina, putra dan putri mereka yang terpaksa mengungsi dari tanah air mereka hampir tujuh dekade lalu, yang “terhubung melalui budaya, sejarah dan tanah airnya.”
baca: Ribuan Warga Palestina Turun ke Jalan Peringati 68 tahun ‘Nakba Day’
“Ini adalah kontribusi besar teater budaya Palestina, yang sangat penting bagi kita untuk mengirimkan pesan kepada komunitas internasional bahwa rakyat Palestina bertekad untuk mencapai kebebasan dan budaya yang merupakan komponen yang sangat penting dalam perjuangan Palestina terhadap prestasi mereka,” kata Bseiso.
Untuk diketahui, Museum Nasional ini berfokus pada penyajian sejarah Palestina dari tahun 1750 dan seterusnya melalui keterlibatan dengan masyarakat. Ia berdiri di atas lahan seluas 40.000 meter persegi, yang ditawarkan oleh University Birzeit yang wilayahnya berdekatan, dan dibangun dalam dua tahap, yang pertama diharapkan akan siap pada tahun 2016 dan tahap kedua akan dibangun selama tahun-tahun mendatang.
Akan tetapi bangunan berbentuk huruf W yang terbuat dari batu dan kaca tersebut masih tidak memiliki koleksi pameran apapun. Pameran perdana yang rencananya akan menampilkan artefak dari para pengungsi Palestina telah dibatalkan karena perselisihan diantara dewan museum dan mantan Direktur museum yang telah dipecat.
Direktur Museum Nasional Palestina yang baru, Mahmoud Hawari, yang juga menjabat sebagai pemimpin kurator di British Museum, baru-baru ini menggantikan Jack Persekian, yang telah menjabat sejak acara peletakan batu pertama. Persekian telah bekerja pada pameran perdana museum untuk beberapa tahun. [IZ]