JAKARTA, (Panjimas.com) – Aksi bersama yang digelar Aliansi Masyarakat Jakarta Utara (AMJU) di depan Gedung KPK untuk menuntut Ahok agar segera ditangkap berakhir ricuh. Hal ini diduga atas tindakan oknum polisi yang sengaja memancing pihak demonstran untuk melakukan tindakan di luar koordinator lapangan aksi bersama.
“Pak, itu pak! Itu ada yang nembak temen bapak,” ujar seorang demonstran kepada polisi yang mengawal jalannya aksi di depan Gedung KPK, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta, Jum’at (20/5/2016).
Hal ini pun diperkuat oleh Ketua Umum KOBAR Rijal, menurutnya, polisi melakukan provokasi, masyarakat melihat akhirnya masyarakat pun melakukan perlawanan. Apalagi, katanya, ini masyarakat Tanjung Priok.
“Jadi, saya pikir perlawanan ini adalah sebuah wujud dari sebuah kekesalan masyarakat terhadap sikap-sikap Ahok dan KPK.” tutur Ketua Umum KOBAR Rijal di depan Gedung KPK, Kuningan, Jakarta, Jum’at (20/5/2016).
Adapun jumlah korban dalam perhitungan sementara antara pihak kepolisian dan pihak warga Jakarta dengan total keseluruhan adalah tujuh orang; satu orang dari pihak kepolisian dengan luka kecil di bagian pipi kanan dan enam orang dari pihak warga Jakata yang melakukan aksi.
“Total korban sementara satu orang, untuk lebih lanjutnya harus kami selidiki terlebih dahulu.” ujar Kapolsek Setiabudi AKBP Tri Yulianto di depan Gedung KPK, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta, Jum’at (20/5/2016).
Ketua Umum KOBAR sekaligus koordinator aksi wilayah Priok Rijal mengungkapkan bahwa jumlah korban dari warga Jakarta akibat bentrok dengan pihak kepolisian pada hari Jum’at (20/5/2016), adalah enam orang.
“Jumlah korban dari warga ada enam orang. Tapi enggak tau apa luka ringan dan beratnya, karena yang bisa bilang ringan atau beratkan dokter,” tuturnya kepada Panjimas.com di depan Gedung KPK, Jalan HR Rasuna Said, Jum’at (20/5/2016). [DP]