SOLO, (Panjimas.com) – “Opini yang berkembang adalah sentimen, karena notabene warga Laweyan adalah muslim, dan maaf ketika Pilkada dulu FX Rudy di kecamatan Laweyan kalah telak” demikian ucap Ustadz Muhammad Ali pengasuh Ponpes Ta’mirul Islam saat jumpa pers, Kamis malam (19/5/2016).
Keterangan tersebut disampaikan Ustadz Ali setelah melakukan Sholat dan do’a bersama 300an warga Laweyan guna memprotes kebijakan Sistem Satu Arah (SSA) di Jl. Dr. Rajiman tepatnya di selatan ponpes Ta’mirul Islam.
(baca: Tolak Sistem Satu Arah, Masyarakat Laweyan Beri Waktu 1 x 24 jam)
“Kami khawatir kalau kebijakan SSA tidak direspon dan tidak segera dirubah maka kami khawatir akan mengarah pada isu-isu SARA”tegasnya.
Ustadz Ali memberikan batas waktu satu hari bagi pemkot untuk merubah kebijakan tersebut. Dirinya mengancam akan mengadakan aksi serupa dengan menghadirkan massa yang lebih besar jika tidak diindahkan.
“Ini sekali lagi kami beri waktu pada Pemkot kota Surakarta khususnya, karena yang punya kebijakan ini, tentunya berkaitan dengan Dishub kami beri waktu 1 x 24 jam. Maka apabila tidak, kami akan mengadakan acara seperti ini serupa dan di siang hari” tandasnya.
Hal ini terkait kebijakan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo melalui Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Solo, yang sejak 17 Maret 2016 lalu telah menerapkan Sistem Satu Arah (SSA)di tiga ruas jalan, yakni jl. Dr. Rajiman, Jl. Agus Salim dan Jl. Perintis kemerdekaan.
Perlu diketahui Walikota Solo terpilih saat ini FX Hadi Rudiyatmo merupakan penganut Katolik taat dan disaat Pilkada dulu sebagian masyarakat Laweyan yang merupakan pengusaha Muslim dan Pondok Pesantren tidak memilih FX Hadi Rudyatmo. Sehingga perolehan suara di wilayah tersebut FX Hadi Rudiyatmo kalah telak dibanding calon saat itu Anung. [SY]